Mohon tunggu...
Kompasianer Palembang
Kompasianer Palembang Mohon Tunggu... Administrasi - Kompasianer Palembang

Wadah, ruang silaturrahim, sharing and connecting Kompasianer Palembang menyuarakan Sumatera Selatan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

[Event Komunitas] Kompal Ngerujak Sambut Hari Perempuan

3 Maret 2020   15:31 Diperbarui: 3 Maret 2020   17:11 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Flyer Acara (Dok.Kompal)

Rujak itu  makanan yang biasanya dipilih oleh perempuan untuk menaikkan moodnya menjelang datang bulan atau tengah ngidam, juga tidak dapat dipungkiri jika rujak juga menu andalan saat cewek-cewek kumpul, selain murah meriah dan menyehatkan dan selera hampir semua orang, dari berbagai golongan.Siapa sih yang menolak makan rujak, kayaknya sedikit deh orang menolak diajak bekela (piknik dalam Bahasa Palembang) menikmati rujak di cuaca panas sambil bekelakar (ngerumpi).  

Makanan penggugah rasa ini juga diliputi dengan berbagai mitos yang seringkali dinyatakan sebagai fakta karena telah diyakini oleh masyarakat banyak. Misl rasa rujak serut saat acara tujuh bulanan itu menunjukkan jenis kelamin bayi yang dikandung sang Ibu, jadi seringkali pula ngerujak identik dengan cewek.

Masa' sih? Memangnya sama sekali gak ada cowok yang suka rujak?.

Aneka campuran buah tropis baik yang berasa manis dan asam, berpadu dengan bumbu rujak yang manis dan pedas. Seger banget, ngebayanginnya di cuaca panas ini saja udah bikin ngiler.

Lah kok sama ya dengan persoalan kekerasan seksual, lebih banyak mitos yang diyakini ketimbang fakta?

Nah tidak ada salahnya kan kita membomngkar mitos dan fakta mengenai kekerasan seksual sambal ngerujak?.

Untuk merayakan hari perempuan internasional, Kompasianer Palembang bekerjasama dengan Sister Circle Id dan Biro Konsultasi Psikologi Lentera Jiwa menyelenggakan "Ngerujak, Bekela dan Bekelakar", sebuah acara Piknik Bersama membahas isu mengenai kekerasan perempuan dalam perspektif psikologi dan hukum  dengan cara yang santai.

Masing-masing dari peserta akan membongkar isu ini dari sudut pandangnya masing-masing, baik dalam peran domestiknya maupun perannya dalam masyakarat, baik dalam profesi maupun komunitas masing-masing.

Kegiatan ini bertujuan sederhana ,  membangun kesadaran bersama bahwa isu kekerasan seksual bukan isu yang pernah mengalami semata, tetapi isu kita semua. Pembangunan penyadasaran Bersama ini bukan bertujuan mencari siapa yang salah dan siapa korban yang sesungguhnya lalu bertindak main hakim sendiri. Menjadi penting kita sebagai komunitas turut ambil bagian menjadi rantai terpadu turut ambil bagian dalam mencegah terjadinya kekerasan seksual.

Jadi, acara ini juga bukan sessi curhat colongan pribadi ya, ada sessi khusus kalo mau.. he..he.. karena memang tujuan kegiatan ini lebih menitikberatkan pada komunitas.

Kekerasan seksual juga terjadi karena tidak tersadarinya atau efek permakluman dari komunitas yang kurang sehat secara mental. Kesehatan mental itu bukan hanya problem pribadi, tetapi problem secara komunitas agar kuat dan saling menguatkan, terlebih mewaspadai potensi efek ikutan jika terjadi kekerasan seksual.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun