Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Saat Resesi, PHK Bukan Pilihan, Masih Banyak Cara

17 Desember 2022   19:10 Diperbarui: 17 Desember 2022   19:18 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat Resesi, PHK Bukan Pilihan, Masih Banyak Cara (gambar: itsm.tools)

Dalam situasi ekonomi sedang tidak baik-baik saja, PHK selalu menjadi momok yang menghantui para pekerja. Dari data yang dihimpun dari katadata.co.id, hingga Desember 2022, sudah 10.765 orang yang kehilangan pekerjaan.

Jumlah ini memang masih sedikit dibandingkan 2020 (368.877 kasus) dan 2021 (127.085 kasus). Masih juga lebih rendah dari 2019 yang mencapai angka 18.911. Tapi, tetap saja mengerikan.

Sepertinya PHK merupakan solusi bagi perusahaan yang performanya kurang bagus. Apalagi dengan ancaman resesi dunia 2023, sepertinya tiada jalan lain lagi selain efisiensi.

Jadi, apakah pemecatan karyawan adalah solusi terbaik? Saya punya pandangan tersendiri.

Karyawan adalah bagian dari keluarga

Dalam beberapa tulisan sebelumnya, saya selalu menekankan sebuah etos kerja yang diwariskan oleh orangtuaku. Mengangkat karyawan, tiada bedanya dengan mengikat janji untuk menjaga mereka.

Untuk itu, maka seleksi karyawan menjadi penting. Masa probation diperhitungkan, tentu saja kinerja tetap adalah penilaian utama. Tapi, bagi saya masa probation dinilai dengan seberapa cepat si karyawan bisa beradaptasi dengan para seniornya.

Setelah lolos masa percobaan maka seharusnya ia juga bisa merasakan menjadi bagian dari keluarga. Perusahaan saya tidak punya aturan baku, seperti juklak tata tertib yang harus dipatuhi. Tetapi, hal-hal wajar seharusnya lebih dulu terpenuhi, seperti datang tepat waktu, selalu aktif di jam kerja. Itu saja dulu, yang lainnya bisa dipelajari sambil lalu.

Jangan Terlalu Cepat Merekrut Karyawan

Hal lain yang aku lakukan adalah tidak buru-buru mencari pos baru. Biasanya saran dan ide akan muncul dari para karyawan sendiri. Tentu saja bukan untuk alasan malas-malasan, capek, atau mau enaknya. Untuk ini saya juga harus memberikan penilaian.

Kesalahan terbesar dari perusahaan adalah membuat struktur organisasi tanpa mempertimbangkan beban kerja. Akhirnya karyawan hanya direkrut untuk mengisi bagan kosong, padahal kerjanya belum tentu banyak.

Perkuat Skill Karyawan

Dalam kondisi normal, selalu ada saja karyawan yang cuti. Bisa hanya sekadar menghabiskan jatah cuti tahunan, atau cuti panjang semisalnya hamil. Di masa pandemi yang lalu, saya mendapatkan pelajaran baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun