Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kerusuhan Maria Hertogh, Ketika Pengadilan Singapura Tidak Memahami Muslim

9 Juli 2022   05:18 Diperbarui: 9 Juli 2022   05:50 1607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam wawancara lanjutan, Maria berkata jika ia tidak cemburu dengan istri Mansoor, tapi ia hanya menyesalkan mengapa sampai ia harus terengut dari tanah Melayu yang ia cintai.

Sejak peristiwa itu, Maria semakin hilang kendali. Setahun kemudian pada 1976, polisi Belanda menangkap Maria atas tuduhan percobaan pembunuhan kepada suaminya. Tapi, pengadilan membebaskannya setelah mengetahui perlakuan suaminya dan masa lalu Maria yang menyedihkan.

Setelah itu. Maria pun bercerai dengan Johan Gerardardus Wolkenfeld.

Pada tahun yang sama, 1976. Maria mendengarkan kabar menyedihkan. Che Aminah meninggal dunia. Sejak diboyong ke Belanda, Maria tidak pernah lagi bertemu ibu angkatnya itu.

Pada 1998, untuk pertama kalinya Maria kembali ke Malaysia, setelah 48 tahun. Di sana ia berjumpa dengan Kamariah, kakak angkatnya. Perjumpaan mengharukan itu terjadi tepat di Hari Raya Idul Fitri. Setahun kemudian Kamariah meninggal dunia. Ia menderita leukimia.

Sepuluh tahun menjelang, Maria Hertogh alias Nadra binte Ma'rof tutup usia. Meninggalkan sebuah kisah kelam yang mengharukan.

"Saya selalu menangis jika mengenangnya," ujar Rokayah Yusuf, salah satu anak Kamariah tentang Maria Hertogh.

Kisah mengharukan ini kemudian menjadi inspirasi dari novel Bumi Manisia, karya Pramoedya Ananta Toer.

Kasus Maria Hertogh menjadi sebuah pelajaran berarti. Ada kearifan lokal yang tidak dipahami oleh budaya berbeda. Dibutuhkan sikap arif bijaksana untuk menyikapinya. Toleransi harus menjadi yang terutama dibandingkan ego manusia.

**

Referensi: 1 2 3 

**

Acek Rudy for Kompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun