Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kerusuhan Maria Hertogh, Ketika Pengadilan Singapura Tidak Memahami Muslim

9 Juli 2022   05:18 Diperbarui: 9 Juli 2022   05:50 1607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Proses persidangan dilalui tanpa masalah yang berarti. Pengadilan Tinggi Singapura akhirnya membatalkan pernikahan Maria. Alasannya, Maria adalah orang Belanda. Berdasarkan hukum, ia baru boleh menikah setelah 16 tahun.

Bagaimana dengan Maria?

Ternyata Mansoor adalah cinta sejatinya. Dia tidak ingin lagi kembali ke keluarga aslinya. Maria memberontak ketika diambil paksa. Ia memeluk Mansoor dengan kuatnya, tidak mau terpisah. Saking eratnya, sehingga petugas pengadilan terpaksa harus membius Maria agar ia terlepas dari dekapan Mansoor.

Setelah mendengar keputusan hakim, massa di luar gedung pengadilan menjadi liar. Seorang polisi bernama Henry Verge menembakkan pistolnya. Dua orang Melayu terluka terkena timah panas.

Massa semakin menggila, seantero Singapura rusuh. Wajah bule menjadi sasaran. John W. Davies, seorang warga biasa. Ia diseret turun dari bis kota, dihakimi massa. Dua hari kemudian ia tewas di rumah sakit, meninggalkan istri dan dua anaknya.

Selama kerusuhan, tercatat 18 korban meninggal, 173 luka-luka, 119 kendaraan dirusak massa, dan 778 orang yang telibat kerusuhan ditangkap. Sasaran bukan hanya warga Inggris dan Belanda saja. Tiga orang Amerika yang naas juga terbunuh.

Siaran-siaran Radio mengumumkan pesan agar kerusuhan dapat dihentikan. Pemimpin-pemimpin Muslim tidak tinggal diam, dengan segala usaha menghimbau agar warga Muslim tidak terlibat kekerasan. Tapi, massa tetap beringas.

Kerusuhan baru bisa dikendalikan sehari kemudian, setelah jam malam diberlakukan. Tiga batalion tentara dari Malaya dikerahkan, termasuk pasukan elit Gurkha. Peristiwa ini juga dikenal dengan Maria Hertogh Riots, kerusuhan rasial pertama di Singapura.

Pada saat situasi mulai terkendali, Adeline secara diam-diam membawa Maria kembali ke Belanda. Di negeri leluhurnya itu, ribuan massa menyambut mereka berdua bak pahlawan.

Adrianus Hertogh menyambut Maria di depan pesawat, memeluk dan menciumnya penuh sayang. Warga Bergen op Zoom, kampung halaman Adrianus membawa spanduk "Selamat datang ke Roemah."

Untuk pertama kalinya Maria yang tidak bisa berbahasa Belanda menginjakkan kaki di tanah nenek moyangnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun