Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Benyamin S. Menolak Tawaran Jadi Menteri Soeharto

11 November 2021   05:06 Diperbarui: 11 November 2021   15:03 1088
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketika Benyamin S. Menolak Tawaran Jadi Menteri Soeharto (sumber gambar: kompas.com)

"Saya kagak berani, Pak Presiden. Saya orangnya belum kebal, suka gak tahan godaan. Kalau ada yang dateng bawa duit lima karung, gimana? Masak ditolak? Mubazir. Diterima? Jadi korupsi dong. He-he-he," jawab Bang Ben.

Mendapat jawaban spontan dari Benyamin, Soeharto hanya tersenyum dan menjawab, "ya sudah kalau memang tidak bersedia," demikian kira-kira.

Pada saat pamit, giliran Kife yang mencak-mencak. "Kok ditolak sih, kalau Bang Ben jadi Menteri, biar saya yang jadi Sekretarisnya. Saya urusin semuanya," pungkas Kife.

Bang Ben hanya menjawab sederhana, "Kagak mau. Gue ogah politik. Gue kagak bisa bo'ong."

**

Hari Minggu, 27 Agustus 1995, Benyamin siap memenuhi janji bermain bola di kompleks perumahannya. Baru sepuluh menit bermain, ia langsung roboh. Awalnya semua mengira jika ia hanya bercanda saja. Nyatanya tidak.

Bang Ben meninggalkan dunia ini untuk selama-lamanya. Ia kena serangan jantung untuk kedua kalinya.

Saat pemakaman, lima Menteri termasuk Harmoko turut mengantar Benyamin Suaeb ke tempat peristirahatan terakhirnya. Ben dikuburkan di TPU Karet Bivak, Jakarta. Sesuai dengan wasiatnya, minta dikuburkan di samping makam Bing Slamet, sahabat dan juga gurunya.

Harmoko memberikan pernyataan; "Ben adalah seniman yang merakyat, ia pantas mendapatkan penghormatan besar di akhir hidupnya."

Nyatanya memang demikian, Benyamin Suaeb adalah seniman besar.

Lagu-lagunya merakyat, melukiskan kehidupan sederhana orang biasa. Tentang got mampet, memandikan burung perkutut, hingga pertengkaran tetangga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun