Saking serunya sehingga si Engkong pun me-referensikan nama Acek sebagai ahli nujum. Padahal semua juga tahu, tulisan jadi AU adalah pencapaian tertinggi bagi Kompasianer. Jelas itu adalah jawaban yang diinginkan oleh Pak Tjip. Tidak perlu kartu tarot untuk meramalnya.
Namun, sejujurnya Acek juga ragu. Jarang-jarang Pak Tjip dapat artikel AU. Beliau sendiri mengatakan belum tentu setahun sekali. Apakah memang ada kebetulan antara mimpi buah duku dan bikini merah yang sudah sampai di palmerah?
Yang pasti lockdown itu tidak mudah. Jagad K pun heboh. Engkong langsung menelurkan tulisan tentang usulan gelar MURI bagi sang Maestro. Alasannya tepat, satu-satunya Maestro dengan lockdown terlama.
Ada pula sabtaitel-nya, prinsip Kamasutra pula dipakai. Lebih Lama Lebih Baik! Cocok Pren. Semakin lamalah Engkong dapat ganjaran artikel hetlain. Acek doakan!
Pernyataan Engkong ini adalah contoh dari diskursus orientasi yang menyebabkan disfungsi erek si sapi. Sebabnya ini berhubungan dengan NOISE-VOICE dan kebiasaan Acek menganggit Kamasutra.
Setelah 7 purnama, korelasinya hampir ditemukan. Noise dan Voice memang bagian yang tak terelakkan dari pikiran kaum stensilan.
Eh... Tetiba Engkong muncul lagi dengan teorinya. Ia membagi NOISE-VOICE menjadi empat bagian, yakni; "NOICE, VOICE, HAMPIR NOISE, dan HAMPIR VOICE.
Bayangkan jika rujukan anarkis ala Don Bekicot ini diganti dengan pemikiran agung Don Juan. Hasilnya? Dak bakalan klimaks, gila!
Sekali lagi, yauda. Telpon ke-69 kali pun diterima dengan sukarela penuh paksaan. Bak dodol pisang yang tidak jadi mengeras, begitulah perasaannya.
Untungnya Pak Tjip orang yang bijaksana. Acek tidak tidur semalaman gegara mewawancarai beliau. Judul wawancaranya sebenarnya adalah; "Analisis Teknis  terhadap Disfungsi Erek Si Sapi."
Tapi, tidak jadi. Ada yang lebih penting. Pesan bagi seluruh Kompasianer. Hasil wawancara telah terbit di akun Inspirasiana dengan judul: "Inspirasi Hati Tjiptadinata Effendi, Maestro Kompasiana"