Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lady Godiva, Antara Pajak dan Penyimpangan Seksual

20 Oktober 2021   14:40 Diperbarui: 20 Oktober 2021   14:45 587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lady Godiva, Antara Pajak dan Penyimpangan Seksual (suneducationgroup.com)

Lantas mengapa legenda Lady Godiva ada?

Daniel Donoghue dari Harvard University menyebutkan jika legenda ini muncul satu abad setelah kematian Godifu. Apakah ada koneksinya, atau hanya sekadar nama yang sama, tidak ada yang tahu.

Takada pula yang mengerti mengapa legenda ini terjadi. Tidak ada catatan sejarah kelam yang dianggap sebagai pemicu. Oleh sebab itu Donoghue berkeyakinan bahwa Lady Godiva hanyalah mitos setempat.

Pajak memang kontroversial. Dalam banyak kisah ia sering dihubungkan dengan kebijaksanaan atau sebaliknya, kekejaman penguasa. Legenda Godiva diharapkan membuat sebuah perimbangan. Bahwa penguasa juga memperhatikan uang pajak rakyat.

Nyatanya berdasarkan informasi dari sumber (1), disebutkan bahwa Godifu sebenarnya adalah wanita yang murah hati. Ia dan Leofric, suaminya dikenal sering menyokong gereja dan kaum dhuafa.   

Lantas mengapa harus telanjang?

Ahli sejarah menghubungkannya dengan unsur-unsur paganisme tentang upacara kesuburan.  Wanita telanjang adalah simbol reproduksi. Suci adanya.

Makna ini kemudian dipertegas oleh Sir Willain Reid Dick, ia memahat patung Lady Godiva pada tahun 1949 di tengah kota Conventry. Konon sebagai simbol bahwa bangsa Inggris tidak akan punah, meskipun banyak nyawa yang melayang pada Perang Dunia II.

Peeping Tom sendiri tidak serta merta lahir bersamaan dengan legenda Lady Godiva. Ia adalah tambahan kisah yang muncul belakangan. Tepatnya pada abad ke-17 alias 600 tahun kemudian.

Peeping Tom disimbolkan sebagai kerusakan moral. Menggambarkan seseorang yang tidak tahu diri. Hanya mencari keuntungan diri sendiri di tengah penderitaan banyak orang.

Istilah ini kemudian berkembang menjadi istilah penyimpangan seksual oleh Sigmund Freud tentang Voyeurisme. Alias mendapat kepuasaan seksual dengan mengintip orang lain yang sedang tak berbusana, atau berhubungan seks.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun