Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Peristiwa Ketapang Berdarah, Pemicu Konflik SARA di Ambon

17 Oktober 2021   07:00 Diperbarui: 17 Oktober 2021   07:03 10640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Kerusuhan Ketapang (fotografer James Nacthwey, sumber: vice.com, kurio.id)

Nama besar yang ditakuti di Jakarta lantas turun gunung. Ongen Sangaji, Sadrakh Mustamu, dan Milton Matuanakotta memenuhi panggilan ibu pertiwi. Para preman ini kembali ke Ambon dengan satu tujuan -- balas dendam.

Pada saat yang bersamaan, seruan berjihad pun diserukan, ribuan laskar datang dari mana-mana. Anak buah Agus Watimenna pun bersiap-siap. Pasukan dibentuk dengan senjata rakitan dan bekal bela diri.

Namun, Agus tewas dalam konflik. Berty Loupati menembaknya dari jarak dekat. Dua peluru disarankan di kepalanya.

Agus bukan hanya pemimpin, ia disayangi dan disegani. Ribuan warga Ambon turun ke jalan, memperingati kematian sang martir. Bukan hanya di Ambon saja, di Jakarta pun demikian. Sejumlah artis terkenal asal Maluku juga turut hadir. Broery Pesolima hingga Yopie Latul.

Balas dendam takada habisnya, kematian Agus semakin memperkeruh kebencian antara dua kubu. Pulau Maluku semakin parah, peperangan sipil terjadi di mana-mana. Aparat hukum dan militer pun tak berdaya.

Kejadian di Ketapang tidak hanya merembes ke Ambon saja. Pada saat yang sama, di Timor Timur, ratusan warga membakar beberapa masjid di sana. Di Poso pun demikian, rentetan kekerasan terjadi. Kelompok yang bertikai kemudian menjadi awal mula terbentuknya sel-sel teroris. Bahkan ketika konflik telah berhasil diredakan, sayap-sayap jihad masih sayup-sayup terdengar.

Pada saat yang sama, rakyat provinsi Timor Timur pun mulai gerah. Mereka ingin merdeka dari Indonesia. Referendum pun dibuat, dan terbentuklah negara baru, Timor Leste.

Untungnya Indonesia tidak sampai terpecah. Program desentralisasi dan otonomi khusus bagi daerah menjadi penyelamat.

Pertikaian di Ambon berakhir 3 tahun kemudian. Tepatnya pada tahun 2002 melalui Perjanjian Malino yang diprakarsai oleh Jusuf Kalla yang saat itu menjadi Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat di era Megawati.

Siapa pun akan sulit menerima, Ambon sebelum kejadian adalah tanah yang damai. Kebersamaan dalam tepo seliro telah menjadi kearifan lokal sejak berabad-abad lamanya.

Adat istiadat Pela Gandong adalah dasar toleransi masyarakat lokal. Kristen dan Islam bukanlah perbedaan. Hingga kini, dan seharusnya memang begini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun