Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menelusuri Kisah Cinta Pak Harto dan Ibu Tien

27 September 2021   07:38 Diperbarui: 27 September 2021   07:39 632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suatu hari, Soeharto dikunjungi oleh keluarga Prawirowihardjo yang tak lain adalah paman sekaligus orangtua angkatnya.

Di tengah perbincangan, ibu angkat Soeharto merasa khwatir akan status jomlo Soeharto. Ia pun mendesak Soeharto untuk segera menikah. Sebabnya, usianya sudah termasuk bujang lapuk di masa itu.

"Pernikahan itu harus terjadi, tidak bisa terhalangi, meski oleh perang sekalipun," ujar ibunda Soeharto.

"Tapi, dengan siapa saya menikah? Saya belum punya calon." Tanya Soeharto kembali.

Ibunda Soeharto ternyata telah memiliki calon, dan itu adalah Siti Hartinah, gadis yang telah mencuri hati Soeharto saat remaja.

Soeharto kaget dan tidak yakin. Tien adalah anak bangsawan Jawa, sementara ia hanyalah anak petani biasa. Demikian dalam pikirannya.

Tapi, dengan penuh percaya diri, Ibunda Soeharto menjamin untuk mengurus semuanya, jika Soeharto setuju. Keluarga Prawirowihardjo memiliki kedekatan dengan keluarga Kandjeng Pangeran Harjo (KPH) Soemoharjomo, ayah Tien.

Ternyata cinta tidak bertepuk sebelah tangan. Soeharto tak menduga jika keluarga KPH Soemarjomo mau menerima lamarannya. Soeharto dan Tien pun akhirnya berjodoh setelah sekian tahun tidak pernah lagi bersua.

Upacara nontoni alias lamaran berlangsung lancar. Bahkan tanggal pernikahan langsung ditentukan. Kendati demikian, menurut pengakuan Soeharto, dirinya masih penuh keraguan, apakah Tien benar-benar mencintai dirinya?

**

Tanggal 26 Desember 1947, acara perkawinan berlangsung di Solo. Soeharto muda berusia 26 tahun, Siti Hartinah istrinya dua tahun lebih muda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun