Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Terminal Lucidity, Fenomena Bugar Kembali sebelum Meninggal

19 September 2021   06:52 Diperbarui: 19 September 2021   06:59 730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Terminal Lucidity, Fenomena Bugar Kembali Sebelum Meninggal (sains.kompas.com)

Nenek saya meninggal pada saat ia berusia 84 tahun. Sebenarnya ia sangat peduli kesehatan. Namun, kondisi fisiknya mulai turun seiring dengan gejala demensia yang dideritanya beberapa tahun sebelumnya.

Pada hari nenek meninggal, terjadi keajaiban. Ingatannya tiba-tiba "pulih" dan ia sempat berbincang-bincang dengan beberapa anaknya. Namun, itu hanya terjadi beberapa saat saja. Setelah ia kelelahan, ia pun pergi untuk selamanya.

Banyak yang menganggap jika kondisi kesadaran yang sempat nenek alami adalah sebuah pengalaman spiritual. Sepertinya Tuhan memberikannya kesempatan terakhir untuk mengucapkan salam perpisahan kepada anak-anaknya.

Baca juga: The Last Conscious, Pengelihatan Terakhir Sebelum Ajal Datang Menjemput

Tapi, kondisi yang dialami nenek ternyata cukup umum. Bahkan ada istilah medisnya yang dikenal sebagai Terminal Lucidity.

Melansir Psychology Today, Alexander Batthyany yang meneliti fenomena ini mengatakan bahwa durasi Terminal Lucidity bisa bervariasi. Mulai dari hitungan menit hingga berminggu-minggu.

Tentu tidak semua yang mengalaminya, sehingga para ilmuwan pun menyimpulkan jika fenomena ini berhubungan dengan cara kerja otak yang misterius.

Lantas demensia, skizofrenia, meningitis, alzheimer, dan tumor otak pun jadi tertuduh. Namun, dalam penelitian lanjutan Batthyany menyatakan dari 227 pasien dengan gejala demensia, hanya 10 persen saja yang merasakan.

Baca juga: Apakah Waktu Kematian Dapat Diprediksi? Fakta Sains Mengatakan, Iya

Ditemukan pula gejala yang sama pada beberapa pasien non penyakit mental. Meskipun memang Terminal Lucidity diakibatkan karena kerusakan pada jaringan otak.

Terminal Lucidity disebabkan oleh volume dan jaringan pada otak yang sedikit menyusut akibat penyakit kronik. Akibatnya, jaringan tekanan pada otak melonggar, dan bisa mengembalikan beberapa fungsi otak yang sebelumnya rusak. 

Namun, menurut Michael Nahm, seorang pakar kesehatan jiwa, Terminal Lucidity juga bisa dikategorikan sebagai gangguan kejiwaan. Itulah mengapa kadang pasien yang mengalami fenomena ini sering pula tampil sebagai seseorang yang berbeda.

Baca juga: Apakah Numerologi Dapat Memprediksi Kematian? Simak Ceritanya

Nah, juga menjelaskan bahwa sekitar 42 persen orang yang mengalami Terminal Lucidity akan meninggal pada hari yang sama. Sementara dalam hitungan hari hingga minggu lebih banyak lagi. Mencapai angka 84 persen.

Kendati kesimpulan medis telah ada, tetapi Batthyany mengatakan jika belum ada penelitian ilmiah yang cukup kuat untuk menjelaskan fenomena ini. Menurutnya, masih banyak tantangan teknis dan juga etika dalam penelitian yang harus dihadapi.

Namun, para ilmuwan tetap berharap jika fenomena Terminal Lucidity ini akan segera memiliki jawaban. Diharapkan para ahli bisa mengembangkannya menjadi sebuah metode perawatan dan pengobatan khusus bagi pasien penyakit kronis, khususnya pada fungsi otak.

Baca juga: God Spot, Apakah Religiusitas Dapat Dipindai?

Termasuk melakukan penelitian lebih mendalam mengenai fenonema-fenomena aneh menjelang akhir kehidupan. Apakah memang pengalaman spiritual adalah produk dari otak?

Jadi, untuk sementara cara yang terbaik untuk menyikapi fenomena ini adalah dengan menganggapnya sebagai mujikzat. Sebagai salam perpisahan terakhir dari orang-orang terkasih.

Referensi: 1 2 3 4

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun