Ada yang mengatakan jika para matan penguasa senang berkebun. Konon mereka sudah muak dengan manusia munafik. Sementara kebiasaan mereka untuk memberi perintah, bisa tetap dilakukan kepada tanaman yang tidak pernah membantah.
Jelas cerita ini adalah konsep stereotip tentang post-power syndrome. Tapi, ada juga benarnya. Tanaman adalah mahluk hidup yang paling unik. Mereka tumbuh dengan segala kemandiriannya. Tidak berkomunikasi, tidak pula berinteraksi.
Dengan memelihara tanaman, manusia belajar memahami. Bagaimana naluri dapat memberikan hasil yang maksimal. Terkadang kita tidak perlu mendengarkan banyak pendapat, tidak semua keluhan bisa kita tampung, tetapi cara yang terbaik adalah melakukan apa yang terbaik berdasarkan nurani kita.Â
**
Tanaman diciptakan Tuhan untuk melengkapi hidup ini. Tanpanya, dunia akan gersang. Seringkali kita memandang kehadiran tanaman sebelah mata, padahal okisgen yang kita butuhkan ada padanya.
Adalah pilihan bagi kita untuk melestarikan tanaman atau menghancurkannya. Sebagaimana pilihan kita sebagai politikus kecil-kecilan dalam kehidupan. Berdamai dengan keadaan bisa membuat usia manusia lebih panjang.
Janganlah sedikit-sedikit menciptakan konflik dengan memboikot kemungkinan perdamaian atau yang kita kenal sebagai cancel culture. Jangankan menghargai hidup, orang yang masih sehat saja bisa diisukan meninggal. Piye to.Â
SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI