Dengan demikian, politik tidak hanya masalah kekuasaan pemerintahan semata. Tapi, juga dalam kehidupan sehari-hari.
Jadi, kita semua adalah politikus yang memiliki pilihan dalam hidup ini. Menciptakan konflik atau berdamai dengan keadaan.
Ada filosofi bercocok tanam yang sangat jarang diketahui. Menurut saya, jika setiap dari kita dapat mengambil makna yang lebih mendalam dari kegiatan ini, maka akan ada sebuah manfaat besar yang bisa kita dapatkan.
Menurut Dr. Gregory Nawalanic, Pys. D., seorang psikolog klinis dari University of Kansas, kegiatan bercocok tanam sangatlah "meditatif." Tak hanya ketenangan, tetapi jika benar-benar jiwa juga bisa ikutan sehat.
Belajar Memahami Keadaan
Manusia suka hal yang pasti. Jika tidak, maka kekhwatiran akan datang melanda. Mungkin saja karena sistem pertahanan psikologis kita yang memulainya. Sebuah ketidakpastian adalah signal bahaya.
Namun, bercocok tanam tidak selalu membuahkan hasil yang pasti. Usaha normal tetap bisa dilakukan. Dari memberi pupuk terbaik, hingga menahan hama berbalik.
Sayangnya, sekeras apa pun usaha kita, hasil maksimal tidak akan selalu jadi jaminan. Pun halnya dalam kehidupan. Sekuat apa pun usaha kita, kenyataan yang tidak pasti kerap kali terjadi. Dalam hidup ini, ternyata banyak hal yang tidak bisa kita kontrol.
Bercocok tanam mengajarkan kita untuk memupuk perasaan nrimo. Tiada lain agar hidup lebih tenang dengan bersikap legowo.
Belajar Memahami Kesabaran
Kegagalan dalam hidup sebenarnya adalah proses pembelajaran jiwa. Seberapa sering kekecewaan yang kita alami karena hasil tidak sesuai ekspektasi? Namun, seiring waktu berjalan, kita lantas mulai belajar dari kesalahan.
Kuncinya adalah kesabaran. Diperlukan waktu yang cukup lama untuk membudidayakan tanaman. Hasil yang terbaik datang dari usaha yang tekun, dan juga tekad yang kuat.
Segala sesuatu akan ada waktunya. Perasaan bahagia akan menghampiri jika tanaman sudah berbuah. Memberikan pelajaran bahwa sukses dalam kehidupan memerlukan waktu. Tidak ada proses yang instan untuk meraihnya.