Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisah Sadis Suster Jane dan Senyuman Khasnya

23 Agustus 2021   05:50 Diperbarui: 23 Agustus 2021   06:03 1315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Sadis Suster Jane dan Senyuman Khasnya (allthatsinteresting.com)

**

Dalam penyidikan polisi, Jane Toppan dianggap gila. Kesaksian yang ia berikan sungguh mengejutkan. Jane mengaku mendapat kepuasaan dengan kematian orang yang dicintainya, bahkan lebih daripada itu.

Jane mengaku terangsang secara seksual terhadap korban-korbannya yang hampir sekarat. Pria maupun wanita.

Salah satu pasien Jane yang selamat mengaku jika Jane pernah naik ke atas kasurnya sambil tertawa terbahak-bahak. Ia kemudian membelai dan menciumnya sembari mengatakan jika semua akan baik-baik saja.

Kendati tiga psikiater ahli yang membantu polisi menyelidiki kasus Jane telah menyatakan bahwa Jane gila, ternyata Jane dapat mengelabui mereka sesuai keinginannya.

Dalam sebuah wawancara Jane mengaku telah memahami arah pertanyaan psikiater. Ia mampu menjawab pertanyaan yang menjurus ke vonis gilanya. Tersebab ia lebih memilih rumah sakit jiwa, daripada harus menunggu kematian dari balik jeruji besi.

Sebagai contoh, Jane dengan lihainya membuat surat banding atas tuduhan dokter bahwa dirinya gila. Ia menyatakan dirinya masih waras dan keberatan harus dikirim ke rumah sakit jiwa.

Nyatanya, Jane tahu persis bahwa orang gila tidak pernah mengakui dirinya gila.

Senyum khas Jane, membuat dirinya berada pada level psikopat teratas.

**

Namun, karma berbuah dengan sangat cepat. Jane yang tidak gila, akhirnya benar-benar gila. Situasi di Rumah Sakit Jiwa Taunton telah mengubah dirinya menjadi seseorang yang berbahaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun