Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Suster Denise Bergon, "Berbohonglah untuk Menyelamatkan Nyawa Manusia"

24 Juli 2021   05:22 Diperbarui: 24 Juli 2021   07:43 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suster Denise Bergon, Kisah Keteladanan Sang Biarawati Notre Dame (dailymail.co.uk)

Baca juga: D-Day: Kemenangan Sekutu, Derita Wanita Prancis, Digunduli dan Dibunuh

Perang berlangsung cukup lama. Kondisi anak-anak semakin bahaya. Kabar penggeledahan semakin kencang, Suster Denise mulai khwatir.

Ia pun melakukan persiapan. Di tengah malam pada saat semua orang sudah tidur, Suster Denise menggali lubang di tanah, menyembunyikan seluruh identitas dari para anak Yahudi.

Kekhwatiran sekolah menjadi kenyataan. Pada bulan Mei 1944, pasukan SS NAZI yang paling ditakuti tiba di daerah mereka.

Suatu hari bel berbunyi, seorang lelaki anggota Pemberontak Prancis Maquis datang dengan tergesa-gesa. Ia menemui direktur sekolah.

Pria tersebut memberikan kabar bahwa pasukan SS telah mengetahui rahasia bahwa biara tersebut terdapat anak-anak Yahudi yang disembunyikan. Ada yang membocorkan!

Baca juga: Ketika Perempuan-perempuan Jerman Diperkosa Tentara Merah

Suster Denise pun menyusun rencana baru. Mereka harus mendekam di sebuah ruangan kecil di dalam kapel. Panjangnya 2,5m dan tinggi hanya 1,5m saja. Tidak bisa berdiri, dan tidak bisa terlentang.

Anak-anak mendekam di dalam sana selama 5 hari. Hanya bisa keluar sebentar di saat dini hari. Untuk buang air kecil, olahraga, makan, dan minum.

"Bayangkan jika para biarawan tertangkap, apa jadinya nasi anak-anak," ungkap Suster Denise.

Untung bagi anak-anak, entah kenapa, pasukan SS tidak masuk ke dalam biara. Tapi, mereka meninggalkan jejak mengerikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun