Selain Suster Denise, hanya direktur sekolah, seorang pastor, dan dua biarawati saja yang tahu tentang rahasia anak-anak itu.
Baca juga: D-Day, Nasib Mengenaskan Wanita Prancis di Tangan Militer Sekutu
Sementara sebelas suster lainnya, tidak tahu jika mereka adalah anak-anak Yahudi. Lebih aman bagi bagi para suster dan juga anak-anak.
Sepanjang musim dingin, Suster Denise bergerilya menyelamatkan anak-anak Yahudi yang bersembunyi di lembah dan hutan L'aveyron.
Hingga tahun 1943, tecatat total 83 anak yang sudah ia lindungi. Di biara, anak-anak Yahudi tersebut bergabung dengan murid-murid Katoliknya.
Sebagian orangtua anak-anak pengungsi tahu jika anak mereka aman di sana. Mereka pun memberikan uang, perhiasan, dan barang berharga lainnya untuk membiayai perawatan anak-anak tersebut.
Suster Denise dengan telaten mencatat semua inventaris yang ia dapatkan dari para orangtua. Sebagian digunakan, sebagian lagi sebagai bekal bagi anak-anak tersebut jika keadaan sudah aman.
Suster Denise mengatakan kepada BBC. Sejak saat anak-anak tersebut masuk dalam perlindungannya, ia telah berkomitmen dan berkorban, agar mereka dapat kembali ke orangtuanya.
Masalah lain timbul. Anak Yahudi tidak mengenal ritual Katolik. Sesuatu yang bisa membahayakan identitas mereka.
Namun, Suster Denise tidak kehilangan akal. Dia tidak memaksa anak-anak tersebut untuk menjadi penganut Katolik. Ia hanya mengarang cerita.
Disebutkan bahwa anak-anak tersebut adalah anak dari kaum komunis dari sebelah timur Prancis yang tidak tahu apa-apa tentang agama.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!