Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jenderal Moestopo, Dokter Gigi, Pejuang Nyentrik, dan Penggemar Daging Kucing

14 Maret 2021   12:00 Diperbarui: 14 Maret 2021   12:14 1236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jenderal Moestopo (sumber: tribunnewswiki.com)

Hal ini ia lakukan terus menerus. Bekerja sambil sekolah hingga berhasil membiayai diri sendiri untuk kuliah di Sekolah Tinggi Kedokteran Gigi Stovit.

Tipenya yang pekerja keras membuka banyak kesempatan bagi Moestopo muda. Ia bahkan pernah menjadi seorang teknisi gigi Prof. M. Knap, seorang guru besar berkebangsaan Belanda di Stovit.

Dari hasil pekerjaannya ini Moestopo bahkan bisa mengumpulkan uang untuk membeli sebuah rumah sederhana.

Bekerja keras mencari nafkah tidak hanya dilakukan oleh Moestopo. Keahliannya sebagai dokter yang masih jarang di kala itu dimanfaatkannya dengan memberikan pengobatan cuma-cuma kepada warga sekitar.

Kebiasaan ini terus dilakukan hingga ia lulus dari pendidikan kedokteran gigi pada 1937. Di tempat Prof. Knap, ia sering bertugas sebagai dokter pengganti jika ia berada di luar negeri.

Tempat praktek lainnya adalah alun-alun Gresik. Tujuannya sangat mulia. Membantu pasien yang kurang mampu di masa penjahajan Belanda kala itu. Meski jarak antara Surabaya dan Gresik sekitar 16 kilometer, tapi Moestopo tetap bersemangat.

**

Pada tahun 1942, Moestopo pernah ditangkap oleh Jepang. Ia dicurigai mata-mata Belanda karena posturnya yang tegap dan besar. Namun, kecurigaan tidak terbukti. Moestopo dilepaskan dan bekerja untuk pemerintah Dai Nippon.

Ia kemudian disarankan untuk memasuki pendidikan militer Jepang PETA (Pembela Tanah Air). Satu Angkatan dengan Soedirman dan Gatot Soebroto.

Otaknya memang cemerlang, begitu pula kepemimpinannya. Ia diangkat menjadi Komandan PETA di Sidoarjo setelah lulus ujian. Tidak perlu waktu lama, ia kemudian diangkat lagi sebagai Komandan Pasukan Pribumi di Gresik dan Surabaya. Di kala itu, tidak banyak orang Indonesia yang menduduki jabatan ini. Hanya lima orang dan Moestopo salah satu di antaranya.

Saat Jepang menyerah dan ingin menyerahkan senjata kepada Tentara Inggris, Moestopo membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR) Jawa Timur. Sebelum tentara Inggris mendarat, Moestopo beserta batalionnya menyerang tentara Jepang dengan modal senjata seadanya. Bambu runcing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun