Jadilah akhirnya tuduh menuduh 'Kui-jin' bertebaran di dalam grup. Semuanya yang dianggap mentor adalah Kui-jin. Intinya, gelar ini diberikan kepada semua orang yang dianggap mampu memberikan inspirasi.
Khrisnamurti melanjutkan percakapannya dengan kisah hidupnya 15 tahun lalu,
"Ketika kita berbuat baik, walau rejeki belum datang namun malapetaka sudah berlalu."
Menurutnya, itu adalah salah satu petanda hadirnya Kui-jin dalam hidupnya. Khrisnamurti mengaku mendapatkan pesan itu dari seorang Suhu di Pecinan, Semarang, dalam bentuk tulisan kaligrafi.
"Dia bilang, nih buat kamu." Ujar Khrisnamurti.
Selanjutnya ia merasakan begitu banyak berkah dalam hidupnya, tak ayal ia pun bertekad, "saya banyak ketemu Kui-jin, jadi saya ingin juga selalu menjadi Kui-jin bagi orang lain.'
Beliau lantas melanjutkan dengan kisah perjalanan hidupnya yang penuh lika-liku. Intinya, Kui-jin adalah seseorang yang mampu hadir membawa perubahan di saat diri sedang membutuhkan pertolongan atau dalam keadaan susah.
Kondisi susah ini bisa berupa kasus besar, seperti keadaan terlilit hutang dan kemudian menemukan seseorang yang mampu memberikan jalan keluar, atau pada saat sedang tidak punya rumah kemudian muncullah seseorang yang menyewakan rumah kontrak dengan harga yang miring.
Bahagianya minta ampun. Bayangkan jika di saat kita benar-benar susah, ada seorang yang datang menolong. Atau pada saat kita terdesak, situasi tiba-tiba berubah ke arah yang kita inginkan.
Jika menilik dengan kata kunci, "qui-ren atau kui-jin," di mesin pencari di dunia maya, maka yang muncul adalah laman para penjual jimat.
Memang benar, terminologi 'Kui-jin' bagi masyarakat Tionghoa sangat erat dengan hal tahayul. Sebabnya Kui-jin dan lawannya 'Xiao-ren," sangat berhubungan dengan makna filsafat mengenai sebuah keadaan dan kondisi.
