Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Sejauh Mana Kemajuan Teknologi Aman bagi Penerbangan? Yuk, Intip Air Force One

13 Januari 2021   06:38 Diperbarui: 14 Januari 2021   14:52 6869
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Air Force One (sumber: international.kompas.com)

Namun jika diperlukan, pesawat ini juga bisa mengisi bahan bakar di udara pada ketinggian 10.000 meter. Fitur yang tidak dimiliki oleh pesawat sipil manapun.  

Badan pesawat didesain terdiri dari tiga lantai, dengan luas sekitar 371 meter persegi. Sebagai pusat komando, tentu saja komunikasi menjadi hal yang penting. Pesawat ini juga dilengkapi dengan 85 telepon dengan saluran yang aman dari penyadapan.

Dalam keadaan darurat, pesawat ini juga dilengkapi dengan dapur besar yang bisa memberi makan hingga 100 orang dan menampung lebih dari 2000 jenis bahan makanan hingga berhari-hari lamanya.

Jika ada yang sakit atau terluka, pesawat ini juga dilengkapi ruang perawatan kesehatan bagi presiden dan stafnya. Dokter kepresidenan juga selalu siap dalam setiap penerbangan, hingga ruang operasi.

Dalam keadaan darurat dan perang nuklir meletus. Para ahli sudah memikirkannya dengan membuat pesawat ini tahan dari ledakan nuklir.

Pertanyaan yang menggelitik, bagaimana jika pesawat ini benar-benar tidak bisa lagi dikendalikan? Jangan khawatir, Air Force One selalu didampingi oleh pesawat E-48 yang juga dikenal sebagai "Doomsday Plane."

Jika ancaman nuklir semakin parah atau ancaman lain yang berpotensi membahayakan, maka seluruh penumpang, terutama presiden bisa pindah ke pesawat ini.

Dengan demikian, terbukti bahwa kecanggihan teknologi mampu memberikan perlindungan kepada para awak dan penumpang dalam sebuah perjalanan udara.

Lantas mengapa teknologi ini tidak diterapkan pada pesawat penerbangan sipil biasa? Jawabannya adalah masalah perhitungan ekonomi.

Biaya pembuatan pesawat ini luar biasa besarnya. Untuk produksi awalnya saja telah menghabiskan biaya sekitar 660 miliar dollar AS, atau setara dengan 9,2 Triliun rupiah. (kurs 14.000 rupiah per dollar AS).

Air Force one versi 1987 terakhir digunakan pada masa jabatan presiden AS ke-44, Barrack Obama. Di tahun 2019, Air Force One diperbaharui dan Pentagon harus meraih kocek sebesar 20,1 triliun rupiah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun