Status sosial dan ekonomi seringkali menjadi penanda tingginya posisi seseorang dalam masyarakat. Seseorang dinilai dari pekerjaan, jabatan, hingga harta yang ia miliki. Istri kadang memiliki jabatan dan pekerjaan yang lebih tinggi dari suaminya. Memang bukan penyebab utama dari seorang suami takut istri, namun stigma di masyarakat sering menimbulkan itu.
Tipe Penyayang
Siapa bilang kalau semua lelaki takut istri hanya karena tekanan. Ada juga lho yang menyayangi istrinya dengan sepenuh hati. Sayangnya stigma yang berkembang di masyarakat tidak pernah memberikan ruang bagi tipe yang satu ini.
**
Sementara bagi istri, tidak ada salahnya untuk lebih kalem dan bisa memahami. Suami yang takut kepadamu bukanlah solusi rumah tangga yang baik. Para wanita juga diharapkan bisa memahami permasalahan ini secara subyektif.Â
Apa saja permasalahannya?
Sikap Narsistik
Beberapa istri memiliki prinsip harus menjadi nomor 1 di dalam rumah. Meskipun suami seharusnya adalah kepala rumah tangga, tapi rumah diibaratkan sebagai daerah kekuasaan. Untuk mendapatkan posisi ini maka pertempuran harus dimenangkan. Jangan sampai terjerat dalam kecenderungan mencari-cari kesalahan suami untuk dibandingkan dengan kehebatan diri sendiri.
Memberlakukan Banyak Aturan
Untuk mengklaim daerah kekuasaan maka harus ada aturan yang dibuat. Suami yang sudah capek kerja tentu tidak bisa mengingat semua aturan yang sudah diterapkan. Akibatnya kehidupan rumah tangga bagai kehidupan kos-kosan yang ketat peraturan.
Kekhwatiran yang berlebihan
Memasuki masa krisis paruh waktu (midlife crisis) seorang wanita memiliki kekhwatiran yang berlebihan. Kekesalan ini kadang ia tumpahkan kepada suaminya dalam bentuk emosi negatif, seperti mudah tersinggung, gampang curiga, hingga selalu menuntut perhatian lebih.
**
Banyak ambigu yang sering terjadi di antara peranan suami dan istri. Bahkan filsafat Tiongkok Kuno yang diadopsi dari ilmu membaca wajah (Mian xiang), mengatakan, konon bentuk hidung yang bagus merupakan perlambangan dari dua hal sekaligus, yaitu kemakmuran dan istri yang baik.
Secara harafiah kemakmuran atau kekayaan terhubung dengan istri yang baik. Dalam pemikiran masyarakat kuno, kedua hal ini harus berjalan harmonis. Sayangnya, modernisasi berkembang ke arah sebaliknya. Dua hal yang seharusnya selaras kemudian menjadi sebuah persaingan yang tidak sehat. Bagaikan melihat siang dan malam dalam sebagai dua kubu yang bersebelahan.
Pun halnya dengan peribahasa "di belakang kesuksesan pria ada seorang wanita yang hebat." Peribahasa ini bagaikan pedang bermata dua. Jika positif, dianggap sebagai sikap yang saling mendukung. Namun, jika negatif ia akan terlihat sebagai sebuah kompetisi terhadap pengakuan.