Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Serangan Fajar Menjelang Pemilu, Masihkah Relevan?

5 Desember 2020   13:05 Diperbarui: 6 Desember 2020   07:03 630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi serangan fajar jelang Pemilu. (Foto: KOMPAS.com/PUTHUT DWI PUTRANTO)

Menariknya, dalam buku tersebut dijelaskan juga bahwa loyalis partai justru lebih cenderung menjadi target operasi politik uang. Kemungkinan besar karena hubungan dekatnya dengan partai, sehingga ia lebih mudah dikenali. Politik uang tidak akan memengaruhi hasil pilihannya, namun dianggap sebagai semacam parcel ucapan terima kasih.

Antara Keyakinan dan Dilema

Menurut Burhanuddin, efektivitas politik uang terhadap pilihan hanya berada pada kisaran 10%. Angkanya tidak terlalu besar, namun dalam sebuah kontestasi politik, justru rata-rata margin kemenangan berada di bawah angka 10% saja. Inilah salah satu alasan, mengapa politik uang masih dianggap penting bagi beberapa politikus.

Walaupun demikian, praktik politik uang tidak saja dipengaruhi oleh rasa sayang jika kalah tipis dari saingannya. Dilema ikut-ikutan juga menjadi arus besar yang menggiring para petarung.

Apalagi dalam suasana kampanye, tidak ada seorangpun yang ingin mengalah. Jumlah baliho harus sama banyak, jumlah kunjungan harus sama sering, demikian pula dengan jurus serangan fajar, harus sama kuat.

Dalam situasi 'fair play' berbagai usaha meninggikan elektoral bisa dilakukan secara adil. Namun jika salah satu saja dari para kandidat yang menjalankan politik kotor ini, maka dengan sendirinya komposisi elektoral akan berubah drastis.

Hal ini juga sejalan dengan narasi yang berkembang, bahwa politik uang adalah jalan yang terbaik untuk meningkatkan popularitas, meskipun tidak ada yang bisa dibuktikan secara jelas.

Kesadaran Politik yang Rendah

Konsep orbitan partai politik juga memperkisruh hal ini. Proses perekrutan Parpol kadang tidak mengandalkan kapasitas dan rekam jejak yang jelas. Sehingga calon-calon instan ini tidak percaya jika kampanye dan baliho cukup untuk menarik suara pemilih. Hal ini cukup memberi sebuah keyakinan bahwa politik uang adalah cara yang lebih efektif untuk meningkatkan elektoral.  

Selain itu, pendidikan politik di Indonesia yang masih rendah juga bisa menjadi faktor lainnya. Jangankan kesadaran kedaulatan pemilih, untuk hadir ke TPU dan memberikan suara saja sudah dianggap sesuatu hal yang tidak berguna.

Berapa banyak warga yang sadar bahwa suara mereka sangat penting untuk menentukan nasib bangsa lima tahun ke depan? Masih banyak yang pesimis, siapapun yang terpilih, tidak akan memberikan perubahan dalam kehidupan sehari-hari.

Masyarakat kita masih belum sadar bahwa perubahan harus terjadi secara perlahan. Bagi sebagian, perubahan adalah hasil yang instan, dan politik uang adalah solusi, meskipun hanya demi sebungkus rokok gratis saja.

Bentuk Praktik Serangan Fajar

Dilansir dari bbc.com, merujuk kepada pemetaan yang dilakukan oleh ICW pada tahun 2014, model jual beli suara hadir bervariasi. Ada yang langsung diberikan oleh calon, ada yang melalui orang lain yang tidak punya kepentingan, dan ada juga yang terselebung dalam bentuk hadiah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun