Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengagungkan Penis, Agar Diri Cerdas, Wibawa, dan Bijaksana

21 Oktober 2020   18:26 Diperbarui: 21 Oktober 2020   18:30 1257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tanda Selamat Datang di Bhutan Bergambar Penis (sumber: theculturetrip.com)

Tidak susah untuk membedakan pria dan wanita. Simbol maskulin dan feminin sudah melekat pada gender masing-masing. 

Cara berpakaian hanyalah urusan aksesoris, karena pergeseran budaya telah mengaburkannya. Sudah umum melihat wanita yang berpenampilan lelaki, demikian pula dengan pria yang bergaya wanita.

Akan tetapi, takdir tidak bisa berbohong. Vagina adalah milik wanita, begitu pula dengan penis perkasa. Sayangnya takdir yang tersemat tidak pernah mampu ditonjolkan atas alasan norma dan susila. Bagian yang dianggap paling privat justru melambangkan kejujuran dari sebuah keniscayaan.

Patung Yunani Kuno yang Mempertontonkan Penis

Patung Yunani Kuno sering mengumbar aurat. Karya seni kemanusiaan sering dipertontonkan polos tanpa penutup syahwat. Tidak usah malu mengungkapkan bahwa penis akan menjadi bagian pertama yang terlihat.

Apakah Micheleangelo, sang maestro seni ragu jika patung David yang perkasa disalahpersepsikan? Atau apakah memang aurat adalah bumbu penyedap pikiran di masa lalu?

Patung David karya Micheleangelo Di Galleria dell'Accademia, Firenze, Italia (sumber: nationalgeographic.grid.id)
Patung David karya Micheleangelo Di Galleria dell'Accademia, Firenze, Italia (sumber: nationalgeographic.grid.id)
Ternyata menurut ahli sejarah, bagi masyarakat Yunani kuno, penis adalah standar masksunilitas. Namun tidak seperti filsafat Mak Erot yang mengatakan bahwa "semakin besar semakin baik".

"Orang Yunani menghubungkan penis kecil yang tidak ereksi sebagai moderasi, atau pandangan tentang maskunilitas ideal", kata Andrew Lear, seorang pengajar di tiga kampus -- Harvard, Columbia, dan NYU.

Lelaki ideal bagi bangsa Yunani adalah tingkat kecerdasan, kewibawaan, dan kebijaksanaan. Semuanya dilambangkan melalui penis yang tidak berereksi. Alih-alih terangsang, pencipta karya seni justru menantang kualitas berpikir bagi yang melihatnya. Dengan kata lain, jika ada yang malu, tersinggung, atau marah, maka sesungguhnya ia tidaklah memiliki tingkat kebijaksanaan yang mumpuni.

Mengagungkan Penis di Bhutan

Penis bukan saja dihubungkan dengan maskunilitas semata. Sebagian negara di dunia juga mengangungkan penis sebagai bagian dari Yang Maha Kuasa.

Bhutan adalah sebuah negara kecil yang terletak di Asia Selatan. Wilayahnya ada di sekitar pegunungan Himalaya dengan letak yang cukup terpencil. Mayoritas penduduk Bhutan beragama Buddha, namun negeri yang secara harafiah berarti "Tanah dari Naga Petir" ini juga memiliki pandangan nyentrik terhadap keyakinan.

Gambar Mural Penis di Bhutan (sumber: travel.detik.com)
Gambar Mural Penis di Bhutan (sumber: travel.detik.com)
Adalah Biara Chimi Lhakhang yang didedikasikan bagi seorang pendeta yang bernama Lama Dupa Kinley. Menurut catatan sejarah, pendeta yang berasal dari Tibet itu datang dan menetap di Bhutan dari tahun 1455 hingga 1529.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun