Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kitab Kuno Zaman Dinasti Qing, Mengungkap Fakta "Jiang Shi" (Vampire China)

23 Agustus 2020   09:05 Diperbarui: 9 Juni 2021   08:40 5101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Jiang Shi (sumber: youtube.com)

Pernah melihat cerita mayat hidup yang berjalan? Di tahun 1980an, kisah-kisah Vampire China yang jalan melompat-lompat dan suka menghisap darah manusia segar, menjadi tren topik bagi penggemar film Kung-Fu jadul.

Kisah ini bukanlah merupakan ide yang baru bagi penulis skenario, karena menurut legenda Tiongkok Kuno, mahluk Vampire ini telah tercatat dalam karya sastra yang ditulis oleh Ji Xiaolan, seorang sarjana dari Dinasti Qing (1636-1911) yang berjudul Yuewei Caotang Piji.

Jiang Shie adalah sebutan masyarakat Tiongkok untuk mahluk vampire ini. Jiang Shi ini umum digambarkan sebagai mayat yang mengenakan pakaian resmi Dinasti Qing dan bergerak melompat-lompat dengan tangan terbentang. Di dahinya, tertempel selembar jimat (Fu) yang berwarna kuning dengan oretan tinta merah.

Disebutkan bahwa mayat tersebut adalah orang yang sudah meninggal dihidupkan kembali. 

Alasannya adalah masalah transportasi. Mereka pada umumnya adalah masyarakat yang hidup jauh terpencil. Setelah meninggal, penduduk setempat harus memikirkan cara untuk menguburkan mereka pada lokasi pemakamam yang terletak jauh dari desa. Untuk itu, akhirnya mereka meminta bantuan dari pendeta Tao yang ahli, untuk membuat mayat tersebut berjalan sendiri.

Baca juga: Sejarah & Kebudayaan Manchuria Era Dinasti Qing

Namun proses ritual ini sebenarnya tidak melibatkan ilmu sihir sama sekali. Pendeta Tao hanya bertugas memanjatkan doa untuk para arwah dari para Jiang Shi.

Konon proses ritual ini dimulai dengan mengikat pergelangan kaki dan lutut. Tangan mereka pun diangkat paksa hingga terlentang. Proses ini dapat dilakukan, karena tubuh mayat sudah kaku.

Setelah itu, tongkat panjang akan diikatkan ke tubuh mayat yang diatur tegak. Dua orang yang kuat akan berada pada ujung depan dan belakang dari tongkat. Ketika mereka mengangkat tongkat tersebut, sang mayat nampak seperti melompat-lompat.  

Selain itu, Pendeta Tao sebagai pemimpin rombongan akan menyembunyikan lonceng sepanjang perjalanan. Ritual ini berlangsung selama malam hari, sehingga menimbulkan suasana angker bagi yang melihatnya.

Baca juga: Mengenal Taucang, Model Rambut "Unik" Pria di Era Dinasti Qing

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun