Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Serba-serbi Mimpi, dari Prekognisi, Deja Reve, hingga Primbon

29 Juni 2020   06:21 Diperbarui: 30 Juni 2020   00:51 1461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi mimpi (livescience.com)

Mimpi adalah bagian dari hidup, dapat dikatakan, sepanjang hari kita melakukan berbagai kegiatan yang berbeda, namun di malam hari, pada saat tubuh istirahat letih, satu-satunya aktivitas "bervariasi" hanyalah bermimpi.

Sejak zaman dulu hingga sekarang, mimpi selalu menjadi perbincangan yang hangat. Mulai dari hal mistis, hingga merecoki para saintis. Namun diantara semua hal, mimpi yang menjadi kenyataan, atau istilahnya adalah Mimpi Prekognisi (Precognition Dream), selalu menjadi menarik.

Terinspirasi dari artikel Kompasianer Ade Ira Cahyanti, dengan judul: Mimpi Berubah Jadi Kenyataan, Benarkah Precognitive Dreams? Penulis kemudian menulis artikel ini dari berbagai perspektif yang berbeda-beda.

Teori ilmiah tentang mimpi pertama kali dicetuskan oleh Sigmund Freud, yang dikenal sebagai bapak Psikoanalisis. Freud berpendapat bahwa mimpi merupakan perwujudan dari keinginan kita yang sangat tertekan.

Setelah pernyataan ini dicetuskan, ilmu tentang mimpi terus berkembang, meskipun ada yang setuju dan kurang setuju dengan pandangan Freud.

Sejak dulu hingga kini, para ilmuwan terus menerus mengurai "bahasa mimpi" melalui penelitian yang berarti. Dengan berbagai macam alat canggih, mereka ingin memahami mengapa manusia bermimpi, makna mimpi, dan emosi yang muncul dibaliknya mimpi.

Meskipun belum terungkap sepenuhnya, paling tidak ada beberapa kesimpulan awal yang dapat dibuat;

Lauri Lowenberg dalam buku Dream On It: Unlock Your Dreams, mengungkapkan bahwa "Bermimpi adalah proses berpikir yang merupakan lanjutan dari pikiran kita sepanjang hari."

Saat tertidur, bagian otak yang bertanggung jawab adalah bagian yang mengontrol emosi. Sementara bagian yang memroses logika menjadi kurang aktif.

Dengan demikian apa yang kita pikirkan sepanjang hari, ditransformasikan menjadi gambar, simbol, emosi, dan metamorfora melalui mimpi.

Sebagai contoh, mimpi buruk yang memiliki efek emosional yang kuat didasari oleh rasa sedih, bingung, dan takut yang mungkin dipendam oleh mereka yang mengalami mimpi tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun