Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Otak Buaya! Sindrom yang Bikin Kita Tidak Pernah Berhenti "Nge-Hoaks"

2 Mei 2020   15:16 Diperbarui: 2 Mei 2020   16:00 1126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Otak. Sumber: voanews.com

Jika UU ITE (Undah-undang Informasi dan Transaksi Elektronik) berlaku rata terhadap seluruh penyebar hoax, maka kita semua pasti sudah menjadi tersangka. Bagaimana tidak, siapa sih yang tidak pernah menyebarkan hoax?

Masalahnya, informasi kacau ini, tampak begitu meyakinkan, dan konten meruak dengan begitu menggairahkan. Rasanya susah deh, untuk tidak diteruskan.

Di jaman Corona, konten hoax menjadi semakin membludak. Kemenkominfo mencatat, hingga kini sudah terdapat sekitar 800.000 situs penyebar hoax di Indonesia.

Meskipun berbagai nasehat dan saran sudah disampaikan kepada masyarakat, namun tetap saja masih ada yang tertangkap melakukan perbuatan konyol penyebaran hoax ini. Apakah yang terjadi?

Ternyata para ahli dan peneliti sains kognitif telah menemukan hal yang disebut dengan Sindrom Otak Buaya (The Crocodile Brain Syndrome).

Otak buaya sendiri atau bisa juga disebut sebagai "mammalia brain" adalah bagian dari otak yang pertumbuhannya paling awal. Pada saat manusia lahir, sebelum seluruh bagian otak bertumbuh dengan baik, maka otak buayalah yang berperan dalam setiap proses kognitif dasar.

Bagian otak ini akan menerima seluruh pesan yang masuk kepadanya dan hanya dibedakan menjadi dua jenis informasi saja, yaitu: "biasa" (diabaikan) atau "bahaya" (lari!).

Yang dimaksud dengan kategori "bahaya", bukan hanya informasi yang betul-betul mengancam jiwa, namun juga seluruh informasi yang memberikan perasaan emosi mendalam, seperti senang, khwatir, marah, lucu, atau takut.

Pada saat kita melihat reaksi bayi, maka proses kognitif ini akan kelihatan dengan sangat jelas. Bayi hanya memiliki dua ekspresi, yaitu "biasa-biasa" saja atau menangis. Disinilah peranan otak buaya ini.

Baca juga: Apakah Bayi Sudah Bisa Berhitung Sebelum Mengenal Angka?

Meskipun demikian, pada saat otak dewasa telah tumbuh segar, proses kognitif dasar ini masih saja tetap ada. Sensor pada otak buaya tetap memegang peranan penting dalam proses pertahanan diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun