Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Buruh-buruh Itu Tidur di Kamar Sang Majikan

1 Mei 2020   15:44 Diperbarui: 1 Mei 2020   15:48 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Nah disinilah kamar anak-anaku beristirahat, persis kamarku kan? Ya, sengaja dibuat demikian, karena mereka harus menikmati apa yang telah aku nikmati." Ujar si toke dengan bangga.

"Tanpa mereka, aku tidak akan kaya. Mereka sudah bangun jam 3 pagi, sementara aku masih terlelap. Mereka sudah tahu apa yang harus dilakukan, tanpa perlu diperintah lagi. Wajarlah jika semua fasilitas di rumah ini, teras, ruang tamu, mobil, juga pantas dinikmati oleh mereka."  

Tidak sampai disitu saja, si majikan ternyata punya cara ampuh untuk mengajar anak-anaknya untuk menabung. Mereka hanya diberikan satu juta rupiah saja dalam bentuk tunai setiap bulannya.

Dimaksudkan untuk berbelanja keperluan sehari-hari, sebagian besar upah mereka ditabung untuk keperluan keluarga di kampung, atau untuk urusan penting mendadak lainnya. Selebihnya, makanan, kesehatan, dan pendidikan menjadi urusan penuh dari sang bos yang baik hati.

Memang tidak semua hubungan majikan dan buruh terjadi dengan demikian harmonisnya. Namun kita tidak bisa menutup mata, bahwa apa yang didengungkan oleh para buruh di May Day hanya melulu masalah ketidakadilan.

Memang masih banyak majikan-majikan lainnya yang juga tidak memedulikan nasib para buruh, namun juga adalah hak para buruh untuk dapat mencari pekerjaan lain yang lebih baik lagi.  

Para pengusaha tidak boleh mengeksploitasi tenaga murah, namun para buruh juga tidak perlu melakukan kekerasan dan kata-kata kasar untuk memperjuangkan nasibnya.

Kita adalah manusia Indonesia yang penuh dengan kesantunan. Bahwa ketidakadilan yang terjadi adalah benar adanya. Namun di balik ketidakadilan, selalu ada upaya untuk menempuh keadilan tanpa pengadilan.

Penulis kemudian lanjut membayangkan. 

"Aku pernah didatangi dinas terkait mengenai upah yang aku bayar untuk anak-anaku, katanya di bawah UMP, tapi coba lihat, apakah ada yang tidak puas?" ujar si engko.

"Ya tidak adalah, gaji mereka aku tabung kok, karena itu adalah caraku dulu mejadi kaya. Mana ada bos majikan jaman sekarang yang begitu baiknya."

"Aku bilang ke orang dinas, emangnya ada peraturan yang mengharuskan majikan membayar pendidikan untuk anak-anak pegawainya? Nah aku sudah lebih maju dari undang-undang."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun