Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Belajar dari Kebudayaan Nir-Angka Suku Piraha, Mungkin Kita Memang Tidak Membutuhkan Angka

7 April 2020   21:04 Diperbarui: 7 April 2020   21:06 887
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: jambi.tribunnews.com

Pada Artikel "Apakah Bayi Sudah Bisa Berhitung Sebelum Mengenal Angka" , kesimpulan menarik bahwa bayi berusia 14 bulan ternyata sudah dapat menghitung.  

Kesimpulan yang sudah berhasil didapat dari hasil riset Kognitif Matematika adalah manusia lahir dengan sebuah sistem neural yang membentuk kemampuan kognitif dasar.

Kemampuan ini meliputi kemampuan dasar dari panca indra, seperti mengenali wajah, warna, bau, rasa, dan juga suhu, namun pengenalan angka hanya terbatas pada perbedaan kuantitas dasar yang mampu mendefiniskan jumlah kecil (diantara 1 sd 4) dan besar saja (diatas 5).

Dengan demikian maka dapat diasumsikan bahwa kemampuan kognitif dasar berhitung pada awal usia manusia juga sama dengan kemampuan pada hewan, dan hampir sulit menemukan manusia pada peradaban manapun yang tidak mampu mengenali proses berhitung, namun... ternyata kita salah.

Adalah orang Piraha dari Amazon, Brazil. Mereka adalah suku yang tidak mengenal angka dan kuantitas. Sebagai suku yang hidup dari berburu, mereka hanya mengenal kata hi (satu atau sepasang) atau hoi (banyak).

Orang-orang Piraha dari Amazon ini bukan saja tidak mengenal angka dalam bahasa mereka, namun juga tidak memiliki kemampuan kognitif matematika dasar.

Sebuah riset yang dilakukan oleh Antropolog sekaligus ahli bahasa dari University of Miami, Amerika Serikat, Caleb Everret, mengungkapkan bahwa suku ini kesulitan untuk mengerjakan hal-hal yang bersifat kuantitatif, seperti mencocokkan delapan jenis barang A dengan delapan jenis barang B.

Jangankan untuk kelompok barang yang berbeda, bahkan untuk menyamakan jumlah dari jenis barang yang sama saja pun mereka kesulitan.

Masalah paling utama, karena budaya mereka tidak mengenal angka sama sekali. Mereka tidak memiliki bahasa yang menandai kuantitas.

Ternyata suku Piraha bukan satu-satunya kebudayaan di dunia yang nir-angka. Peneliti lain, Phillip Ball, menuliskan artikel "How Natural is Numeracy?" menyatakan bahwa sejumlah suku di Australia, Amerika Selatan, dan Afrika tidak memiliki kosa kata untuk angka yang lebih dari 5 atau 6, meskipun mereka memahami perbedaan kuantitas.

Melihat fakta ini, sebuah studi terbaru kemudian menyimpulkan bahwa kemampuan kognitif dasar matematika manusia bukanlah kognisi numerik (kemampuan berhitung), tapi hanya kognisi kuantitas (kemampuan membedakan jumlah).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun