Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan featured

1 April, Hari Nge-prank Sedunia, Masih Relevankah?

1 April 2020   06:34 Diperbarui: 1 April 2022   07:47 654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelum pembaca di-prank atau termakan hoax, penulis ingatkan kalau 1 April itu adalah April Mop Day, atau istilah jaman nownya kira-kira Hari Nge-prank Sedunia.

Dulu, kalau tidak nge-prank di hari bahagia ini, tidak keren rasanya. "Eh... si B bilangin kamu G***OK loh." Semua kekesalan hilang seketika atas nama April Mop Day. Segala ampun, mohon maaf, dan lahir bathin bersih seketika atas nama persahabatan.

Tapi coba lihatlah sekarang,

Entah karena terlalu enak nge-prank atau tidak enak kalau gak nge-hoax, sepertinya si April Mop ini juga gemar menyebar kayak si Corona.

Dulu, semua hoax hanya sebatas canda diantara pagar tetangga atau sekolah, tiada maksud saling menyakiti, menghujat, apalagi menjatuhkan. Semua orang udah ngasih kode keras kalau dia emang bercanda, karena konon kabarnya nge-fitnah itu masuk neraka.

Tapi Coba lihatlah sekarang,

Nge-hoax pakai pasal, diatur oleh KUHP, kelewatan dikit udah pakai berita acara merana. Sebelum masuk neraka, dipenjara dulu.

Iya wajar saja, mari kita lihat data dan fakta selama dua tahun terakhir:

Sekitar 3500 berita hoax beredar setiap hari melalui situs dan platform media sosial.  Hal ini didorong oleh keinginan sebagian masyarakat yang ingin eksis, dengan cara menyebarkan secepatnya tanpa mempelajari terlebih dahulu kebenaran informasi yang disebarkan.

Sekitar 900.000 situs terindikasi sebagai penyebar hoax di Indonesia. Semuanya dimanfaatkan oleh oknum tertentu untuk keuntungan pribadi dan kelompok dengan cara menyebarkan konten negatif dan keresahan di masyarakat.

Hingga hari Kamis (12/3/2020), Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menemukan 196 hoax dan disinformasi seputar virus corona di Indonesia, dan memblokir 38 akun, dan menetapkan 51 orang sebagai tersangka,

Berita hoax termasuk didalamnya adalah konten kebencian, figur populer yang terinfkesi Corona, sampai ke saran-saran medis yang tidak benar. Demikian berbahanya berita hoax ini sehingga pemerintah melalui Kominfo pun mengambil tindakan tegas.

"Jangan ada yang main-main lagi dengan memberikan berita hoax karena ini sudah masalah Indonesia dan dunia. Polri untuk mengambil langkah-langkah penegakan hukum dan Polri sedang melakukan itu," ucap Johnny G. Plate, MenKominfo.

Sebagian dari hoax ini hanya bersifat disinformasi, namun tidak sedikit juga yang mengandung bahaya jika dipercaya dan diikuti, seperti dalam hal meminum obat yang salah.

Hoax yang beredar bukan hanya di Indonesia, namun juga di seluruh dunia, dan tidak main-main, entah karena sudah pikun atau takut kalah, presiden Amerika Serikat, Donald Trump pun ikut-ikutan jadi penyebar hoax.

Pada hari kamis (19/3/2020), Trump mengatakan bahwa obat malaria bisa digunakan untuk pengobatan virus Corona, dan mengklaim bahwa para dokter di Amerika Serikat (AS) sudah dapat membuka resep, sembari memuji Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA).

Pernyataan ini disampaikan seiring dengan perkembangan positif vaksin virus Corona yang dilakukan Prancis dan China. Sebagai hasilnya, salah satu warga negara Amerika Serikat meninggal akibat meminum obat yang dimaksud.

Teori konspirasi antara dua negara raksasa yang saling menuduh satu sama lain sebagai biang kerok penyebaran virus corona, pun dapat dikategorikan sebagai hoax, karena menyebabkan kebingunan dalam masyarakat.

(Baca artikel penulis: https://www.kompasiana.com/komjenrg6756/5e817785097f3675a640d802/seperti-halnya-virus-corona-teori-konspirasi-juga-berbahaya)

Hingga sekarang kita cukup prihatin dengan banyaknya disinformasi beredar yang menimbulkan kepanikan, kekhwatiran, bahkan sampai mengancam jiwa. Siapapun mengharapkan agar ditengah situasi seperti ini, sebaiknya berita hoax tidak lagi beredar.

Masyarakat membutuhkan informasi yang bersih dan akurat dengan cepat. Didalam kepanikan, tidak mudah untuk membedakan berita yang benar atau hoax.

Hari ini adalah Hari Nge-Prank Sedunia, marilah kita jadikan makna hari ini sebagai hari untuk berevaluasi, apakah kita adalah termasuk penyebar hoax atau tidak. Ingat menyebarkan sebuah berita yang belum tentu benar, juga termasuk penyebar berita hoax.

Seperti kata milenial, "Jarimu Adalah Harimaumu".

Sumber:

nasional.okezone.com | liputan6.com | cnnindonesia.com

SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun