Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Festival Chung Beng, Para Leluhur akan Memahami Arti Social Distancing

19 Maret 2020   18:00 Diperbarui: 25 Maret 2020   11:37 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Top China Travel

Semisalnya, hari ini kita telah memberikan sedekah kepada fakir miskin, maka perasaan bahagia yang didapatkan dari perbuatan baik tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk doa dan pengharapan "semoga para leluhur dan orang-orang tercinta turut berbahagia atas apa yang telah aku perbuat."

Nah banyak hal yang baik yang dapat dilakukan di hari Chung Beng. Berkumpul bersama keluarga, mendoakan arwah para mendiang, dan memberikan sedekah bagi para fakir miskin. Semuanya atas nama "kebajikan yang telah aku perbuat."

Namun Chung Beng tahun 2020 ini terasa beda dengan status pandemi Virus Corona. Saran pemerintah yang berlogika mengenai social distancing tentu harus menjadi pertimbangan. Bagi warga keturunan yang tidak ingin melepaskan momen berbahagia ini, tentu tidak dilarang, sepanjang dilakukan dengan penuh tanggung jawab.

Beberapa saran dari penulis adalah,

Pertama, jika diperbolehkan... sekali lagi... jika diperbolehkan, tanpa mengurangi rasa hormat, ritual dapat dilakukan dari rumah di depan altar para leluhur. Sementara untuk kegiatan pembersihan makam, ada baiknya memilih hari bagus sebelum puncak acara. Hal ini akan menjadi sangat baik untuk menghindari kerumunan massa pada saat puncak festival berlangsung.

Kedua, kalaupun mengunjungi makam adalah hal wajib, ada baiknya berkoordinasi dengan pemerintah dan yayasan sosial yang berwenang. Langkah seperti, mengirim utusan keluarga yang terdiri dari dua sampai dengan tiga orang juga baik adanya.

Ketiga, jika saran pertama dan kedua tidak dapat diterima, maka ada bagusnya memilih hari biasa (Senin -- Jumat) sebagai hari untuk merayakan festival ini. Pada umumnya hari sabtu dan minggu adalah hari yang paling banyak dipilih oleh warga, karena merupakan hari libur sekolah dan kerja. Memilih hari biasa akan membantu kita terpisahkan dari kerumunan massa.

Pada hari ini, tanggal 25 Maret 2020, ditengah hari libur memperingati Hari Raya Nyepi, penulis beserta keluarga memutuskan untuk menjalankan ritual ini dari dalam rumah. Suatu hal yang tidak pernah terjadi selama hidup penulis. Suasana terasa berbeda, meskipun tidak mengurangi makna yang terkandung.

Ditengah-tengah perayaan, ucapan dari para keluarga dan sahabatpun bersileweran di layar gawai. Candaan mengenai apa yang baru pertama kali dilakukan tanpa kehadiran dihadapan makam leluhur merebak membahana.

Termasuk sebuah foto mengenai "Chung Beng Online" yang diadakan di depan makam leluhur melalui video call. (lihat gambar). Nah, ternyata membuktikan bahwa ditengah-tengah kepanikan, manusia tidak pernah kehilangan kreatifitas. 

Dokpri
Dokpri
Para leluhurpun tidak akan keberatan jika hari spesial bagi mereka pada tahun ini tidak dirayakan secara besar-besaran . Toh, mereka juga sangat menyayangi anak cucunya. 

Namun jika ada pembaca yang sudah sempat kedatangan leluhur yang "marah-marah" dalam mimpi, maka berdoalah agar para leluhur yang "khilaf" ini tidak terkena teguran dari para Dewa yang baik hati.

Social Distancing adalah masalah serius. Para Dewa juga akan mendukung langkah yang bijak ini. Para leluhur pun tidak akan sakit hati dan tentunya sangat memahami arti dari Social Distancing.

Semoga Semua Mahluk Hidup Berbahagia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun