Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jika Berjabat Tangan Sudah Tidak Layak, Meludah Diperbolehkan

17 Februari 2020   22:04 Diperbarui: 17 Februari 2020   22:00 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Berjabat Tangan (Sumber: Reader's Digest)

Banyak cara untuk menunjukkan salam, baik secara verbal maupun gerakan tubuh, dan salah satu hal yang paling umum dilakukan adalah berjabat tangan.

Namun demikian, bagi sebagian budaya Timur, termasuk Indonesia, berjabat tangan adalah hal yang kurang pantas, apalagi dengan lawan jenis yang berbeda.

Secara kultural, sebagian besar orang di Asia menunjukkan salam dengan tidak saling bersentuhan. Gerakan seperti membungkuk, menganggukkan kepala, atau ber-anjali (menempatkan dua tangan yang bersentuhan didepan dada) adalah hal yang lebih umum dilakukan.

Selain itu berbagai budaya juga menunjukkan perilaku yang berbeda-beda. Orang Eropa misalnya, saling berpelukan dan berciuman (dipipi) dan Orang di Congo saling menyentuhkan dahi.

Apapun caranya, aneh atau tidak, semuanya tergantung dari perasaan nyaman.

Kita mungkin menganggap menjulurkan lidah adalah sebuah tindakan penghinaan. Lain halnya bagi para sahabat di Tibet, menjulurkan lidah dianggap sebagai tanda persahabatan.

Selidik punya selidik, ternyata berhubungan dengan sebuah legenda kuno. Konon kabarnya, dahulu kala pernah ada seorang raja kejam yang memiliki lidah hitam. Orang Tibet sangat memercayai reinkarnasi, oleh sebab itu, menjulurkan lidah hanya untuk membuktikan bahwa mereka bukanlah titisan raja jahat itu.

Lama kelamaan tradisi menjulurkan lidah yang sudah berlangsung selama berabad-abad ini kemudian menjelma menjadi sambutan adat semata.

Perasaan nyaman adalah sebuah standar yang berlaku pada masyarakat dan budaya. Norma kesopanan adalah tidak melanggar moralitas, apalagi kesusilaan.

Namun apa yang terjadi di Nepal, Himalaya dapat membuat siapapun geleng-geleng kepala. Pasalnya ada suku yang memiliki tradisi yang cukup aneh.

Merupakan hal yang lumrah, jika para suami membagi istrinya dengan lelaki lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun