Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memancing Hokki di Air Keruh

1 Februari 2020   14:07 Diperbarui: 1 Februari 2020   17:55 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Orang Soe biasanya tidak memiliki hasrat untuk menikmati hidup. Makan tidak teratur, malas mandi, bahkan takut untuk bercinta. Hal ini tidak akan berakibat buruk bagi penderita Soe saja, namun juga dapat menular ke orang terdekat.

Cara terbaik untuk menyiasati hal ini adalah dengan sentuhan. Sentuhlah pasanganmu, rangkullah orangtuamu, dan ciumlah anakmu.  

*****

Pandangan dari sisi Hukum Sebab-Akibat dalam Filsafat Buddhisme, Hokki adalah hasil dari kebajikan yang sedang berbuah.

Hokki bisa berbuah karena sebenarnya bibit bibit kebajikan telah berada dalam nasib kita.

Bibit kebajikan ini berasal dari timbunan perbuatan baik yang kita telah dilakukan pada saat ini, maupun jauh pada saat kita belum berada saat ini (Konsep Reinkarnasi berlaku disini).

Bagaikan bibit tanaman yang akan berbuah jika seluruh kondisi mendukung, demikian pula dengan Hokki. Agar bibit kebajikan ini dapat berbuah, ciptakanlah sebuah kondisi yang mendukung berbuahnya Hokki.

Caranya adalah dengan menyiapkan diri dan jiwa agar pantas menerima Hokki. Kelima contoh yang saya berikan diatas, hanyalah sebagian dari ratusan cara yang bisa dilakukan yang bernama KEBAJIKAN.     

Jangan pernah mengeluh, jangan pernah marah, jangan pernah putus asa. Hal negatif yang dilakukan tidak akan mendukung terciptanya buah Hokki, malahan hanya akan menyuburkan bibit bibit Soe.

Oleh sebab itu, dalam kondisi terpuruk apapun, maka kita harus secara konsisten memancing bibit kebajikan untuk berbuah menjadi Hokki.

*****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun