Bagi milenial yang sudah terlanjur terluka oleh panah asmara, sadar-lah bahwa sebenarnya anda sedang berada dalam tahap psikologis yang bernama "amit amit jabang bayi." Hati Hati.
Apakah CINTA dan NAFSU ini dapat dipisahkan? Atau minimal dibedakan deh. Janganlah kita mengotori arti CINTA dengan NAFSU yang tak ketulungan.
Oke... Jika anda memaksa, dan karena saya adalah seorang Numerolog, maka mari kita kembali kepada energi 9 lagi. Saya ingin memainkan sebuah rumus matematika sederhana. 9 ... 9, apakah yang dapat diperbuat dengan menggunakan rumus matematika agar 9 tidak sama dengan 9? Jawabannya mudah, bisa diapakan saja, asal jangan: 1) Ditambah atau dikurangi dengan angka 0, atau 2) Dibagi dan dikali dengan angka 1.
Tidak ditambah dan dikurangi dengan angka 0, berarti kita tidak perlu menambah atau mengurangi KETIADAAN. Dalam Numerologi, angka 0 tidak pernah dibahas, karena angka tersebut melambangkan spiritual. Numerolog mengartikan angka 0 sebagai sesuatu hal yang tidak perlu diperdebatkan, karena bentuknya yang bulat berputar dan tidak pernah ada habisnya.
Jadi secara filsafat, untuk membedakan CINTA dan NAFSU, maka kita tidak perlu membahasnya. TITIK.
Anda memang harus lapar, agar ayam goreng menarik untuk disantap. Anda memang harus lelah agar dapat tertidur dengan nyenyak. Jika anda ingin mendapatkan jodoh, maka anda harus berpakaian bagus dan merawat muka. Dimana ada NAFSU, maka disana ada CINTA, ini adalah hukum alam yang berlaku, dan manusia yang bijaksana, akan selalu mengikuti aturan alam, bukan melawannya.
TIDAK MENAMBAH ATAU MENGURANGI KETIADAAN, dapat juga berarti CINTA TANPA KONDISI. Untuk membedakan Cinta dan Nafsu, maka cintai-lah tanpa syarat. Caranya adalah dengan mengembangkan perasaan welas asih dari lubuk hati yang terdalam, karena pada dasarnya, setiap orang telah memiliki kualitas ini.
Cintailah orang orang yang anda sayangi, mapun yang menjengkelkan. Cintailah kondisi yang menyenangkan, sampai yang tidak anda harapkan. Tidak terlalu sulit, karena untuk mencintai semua kondisi dan keadaan, anda hanya perlu mulai dengan mencintai diri anda sendiri.
Sering kali seseorang tidak sadar bahwa kebencian sebenarnya berasal dari ketidak mampuan dalam menerima kondisi yang ada, sehingga akhirnya cenderung untuk menyalahkan situasi atau orang lain. Bagi manusia yang masih belum dapat menerima dirinya dan segala keukurangannya, maka rumus yang kedua ini, mungkin dapat menjadi pertimbangan.
Tidak dibagi dan dikali dengan angka 1, Cinta tanpa syarat tidak melipat gandakan ke-Aku-an atau berbagi dengan keinginan-Ku. Ada sebuaf filsafat Buddhism yang sangat sederhana. Saya Mau Bahagia, bagaimana caranya?Â
Hilangkan Mau, karena itu adalah  Keinginan, dan hilangkan Saya, karena itu adalah ke-Aku-an. Dengan demikian hanya Bahagia-lah yang berada disana.