Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gus Dur, Bintang Kejora, dan Pancasila

1 Juli 2022   18:45 Diperbarui: 1 Juli 2022   19:00 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: tirto.id

Dalam perjalanannya pancasila memang banyak mengandung tafsir dan akan tetap pada multitafsir, tetapi tafsir itu bukan tidak ada benang merah yang dapat dijadikan acuan memkanai pancasila.

Maka dari itu kedewasaan pancasila sebagai filsafat hidup bernegara terletak pada pola berpikir warga Negara Indonesia, yang itu di implementasikan oleh pemimpin dan lembaga Negara Indonesia di jadikan kebijakan.

Selama Indonesia berdiri tafsir terhadap pancasila sendiri tergantung pada pemerintahan yang berkuasa. Bahkan semangat pancasila tidak jarang dilakukan justru untuk melegitimasi kekuasaan pada pemerintahan Negara.

Yang jelas, pancasila sebagai sebuah kebijaksanaan bernegara melampaui itu, ideology, politik, ekonomi, dan konstitusi, yang mana pancasila mengedapankan hak-hak kemanusiaan dan langkah yang beradab bagi manusia untuk hidup bersama perbedaan sesuai dengan adab dan moralitas menjadi manusia.

Saya ingat bagaimana langkah Gus Dur sebagai presiden dan negarawan serta guru bangsa, yang menurut saya pengetahuan dan kepemimpinnnya mengamalkan pancasila dengan sangat baik dalam hal kebijakan politik dan demokrasi.

Pada saat Gus Dur menjabat, dirinya memperbolehkan warga Papua untuk mengibarkan bendera bintang kejora, yang menjadi semangat berpolitik warga papua, yang penting tidak boleh di atas bendera Indonesia sebagai tujuan dari sakralisme berbangsa dan bernegara, menganut filsafat pancasila yang "berbikneka tunggal ika".

Selain itu Gus Dur juga meresmikan agama Konghucu, yang saat itu keberadaannya belum secara resmi diakui Negara, juga berarti keerbukaan pada agama-agama yang belum diakui secara konstitusi sebagai hak warga Indonesia memeluk secara bebas agama masih terbuka untuk agama apapun di Indonesia.

Saya sebagai orang yang meyakini dan mencintai pancasila, bagaimana tafsir ulang atas butir-butir pancasila memang haruslah berubah sesuai konteksasi jaman yang juga terus berubah.

Selayaknya tafsir, tentu itu dilakukan tanpa menggati inti tujuan pancasila. Tetapi formulasi bagaiamana mampu mencapai tujuan pancasila wajib diwujudkan secara bersama-sama yang dilakukan secara bersama-sama pula oleh seluruh masyarakat indonesia.

Maka dihari yang mana pancasila dilahirkan sejak 1 Juni 1945 sampai dengan hari ini tahun 2022, bagaimanakah kita sebagai warga Negara Indonesia, pengamal dari pancasila akan membawa pancasila?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun