Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bagaimana Kaya Sebelum Tua Jika Begini

20 Juni 2022   10:39 Diperbarui: 22 Juli 2022   19:38 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: jernih.co

Saya berterimakasih kepada yang menolak saya untuk berjodoh, yang mana saya dapat membangun pernikahan dengan material dan mental yang matang meski usia saya ini akan menginjak 30-an tahun. Tetapi saya tidak lagi mempermasalhakan itu untuk terus fokos menabung dari hasil bekerja saya meski upah saya sangat minim.

Tabungan bagi saya, apa lagi kita hidup dijaman yang serba material apa-apa harus di beli, harga-harga yang semakin naik tidak dapat kita control. Pentingnya tabungan untuk dapat memperkuat kita dalam upaya kita berdaya beli untuk jaring pengaman kehidupan kita.

Seperti banyak disinggung bahwa saya yang terlahir sebagai generasi milenial, diperdiksi oleh beberapa media konvensional akan sulit memiliki hunian. Tentu itu bukanlah ilusi namun sudah menjadi sebuah kenyataan yang harus kita terima oleh generasi milenial, dimana harga rumah dan tanah semakin naik, pendapatan kita tidak seberapa kenaikannya.

"Apalagi untuk generasi Z yang mungkin harganya akan lebih naik lagi di masa depan dengan kelangkaan sumber daya dan permintaan akan sumber daya itu meningkat dengan jumlah penduduk yang semakin banyak perlu kebutuhan akan hidup seperti rumah dan tanah".

Bukankah "rumah" merupakan salah satu penunjang eksistensialisme kita dalam hidup, yang mana rumah itu bukan saja sebagai identitas kita tetapi juga tempat belindung keluarga? Inilah yang membuat nikah dini, atau nikah dengan keadaan finansial yang belum kuat, bukan anak orang kaya dan sebagainya akan beresiko besar pada kemiskinan generasi kedepan.

Sebagai contoh dan perbandingan berpikir kita. Saya punya teman yang mana ia akan menikah, sebut saja namanya Aziz Zulfikar (28), ia akan menikah dengan wanita pujaannya dalam waktu dekat ini dengan keadaan yang belum bekerja, tabungan yang mungkin ada, tetapi jumlahnya tidak seberapa.

Orang tua Aziz memandang pernikahan anaknya dengan kekhawatiran, apakah mereka dapat memenuhi kebutuhan pernikahan anaknya? Sedangkan biaya pernikahan jumlahnya itu tidaklah sedikit, membeli emas, pernaik-pernik pernikahan, dan seserahan yang harus diberikan, semua itu harus dibeli dengan uang.  

Maka dengan persiapan menikah Aziz yang mungkin seadannya, apakah semua itu tidak akan mempengaruhi masa depan generasi Aziz itu sendiri, yang mana kaya sebelum tua itu bisa dilakukan oleh Aziz? Tidak merepotkan generasi sebelumnya, yang mana kedepan tidak direpotkan oleh generasi kedepannya dengan Bahasa sandwich generation didalam bentuk keluarga Aziz?

Pastinya semua anak yang terlahir sebagai milenial ataupun generasi diatasnya Z misalnya; bagaimanapuan akan menjadi beban bagi setiap generasi. Salah satu contohnya mungkin Aziz, bagaimana orang tuanya juga ikut menanggung beban penikahan Aziz yang sudah pasti tetap ikut menanggung bersama.

Dengan pemenuhan orang tua terus menerus terhadap kebutuhan anak membuat orang tua juga mungkin kesempatannya menabung sangat kecil, yang mana dana untuk masa tua nanti justru malah untuk kebutuhan anak, yang memungkinkan sanwicch generasion itu terjadi.

Namun kembali, "saat ini" merupakan cerimaman apa yang akan terjadi di masa depan. Jika hari ini belum ada persiapan hidup dengan tabungan finansial, tentu keadaannya akan sulit mengakses apapun kebutuhan hidup termasuk pernikahan dan bangunan keluarga setiap generasinya; salah satu contohnya adalah Aziz Zulfikar dan keluarganya itu mempersiapkannya untuk sama-sama membangun kelarga pula.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun