"Sepertinya nasib memang bergantung; karena kembali banyak hal yang mempengaruhi nasib seorang manusia yakni dari mana dilahirkan, kondisi ekonomi, dan masih memilikinya ruang-ruang sumber daya sebagai kemenarikan perbincangan dan pembahasan di masyarakat; menarik sebuah carik nasib manusia akan menjadi kaya atau miskin".
Mengukir bagaimana realita hidup kini, pada kenyataannya dan harus di akui, persaingan hidup memang sudah semakin berat. Saya sebenarnya tidak sedang menarik anda pada sebuah penggiringan opini bahwa hidup ini memiliki dasar yang pasti akan persaingan sesama.
Namun jika kita dapat melihat matahari yang tetap sama "panas", bulan yang tetap terang pada malam hari, itu memang tidak akan pernah berpengaruh pada hidup dan nasib Anda.
Tetapi jika kita melihat bagaimana bumi yang terus bertarsformasi menjadi kepingan kavling-kavling kepemilikan tanahnya oleh sesama manusia yang lain, dimana persaingan atas penguasaan sumber daya bumi untuk bertahan hidup manusia sudah sedemikian penting dalam mengaktualisasi peran bertahan hidup dibalik ruang-ruang yang menyempit.
Mungkin inilah yang menjadi pertanyaan khusus untuk anda dan saya mengapa secara alamaiah kita di dorong untuk bersaing dan harus mengakui adanya persaingan dibalik jumlah populasi manusia yang semakin banyak dan menumpuk di bumi dengan stagnasi ruang-ruang sumber dayanya.
Jika kita ingin bertahan hidup dibalik ramainya manusia yang sama-sama ingin bertahan hidup pula dengan harapan akan hidup yang mudah dalam persaingan, hidup kaya tanpa ada beban finansial, kita tahu "finansial" dicari hari ini penuh perjuangan setengah mati dan jungkir balik mendapatkannya.
Bahkan factor bisa mencari uang pun saat ini dapat di ukur dari pengetahuan dan kemapuan bertahan hidup. Tidak asal hidup, bisa mencari uang, hal itu yang mungkin sulit terjadi saat ini dan dimasa depan.
Banyak variable-varabel hidup yang sulit diprediksi bagaiamana nasib manusia di masa yang akan datang; dengan tetap terjaminnya pada jaminan hidup yang lumayan mudah dijalani antara kemapanan daya beli dan ilusi-ilusi tercukupi kebutuhan dasar hidup melalui kesempatan kerja mereka mencari uang.
Saling bersaingnya sesama manusia untuk berebut dipasar tenaga kerja dengan jumlah permintaan kerja dengan banyaknya penduduk yang melebihi persediaan kerja membuat tenaga kerja di bayar murah tidak terelakan praktiknya. Â
Apa lagi jika satu atau dua manusia itu tidak memiliki sumber daya yang cukup dibekali oleh orang tunya untuk hidup misalnya; punya sisa-sisa sumber daya sebagai bekal hidupnya itu seperti rumah, tanah, atau finansial yang dapat terwariskan di generasi berikutnya akan berpengaruh penting pada nasib di masa depan.