Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Beda dengan Portugal, Buruh Indonesia Nasibnya Masih Seuprit

19 November 2021   14:55 Diperbarui: 19 November 2021   14:57 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: nasional.kontan.co.id

Entah apa yang menjadi pertanyaan di kala hujan dan petir menyambar di malam hari, rasanya semakin menepiskan harapan dan cita-cita yang secara pasti akan terbengkalai.

Memang benar, saya tidak menolak hujan maupun petir sebagai fenomena alam. Sebab antara keduanya, akan diganti dengan cahaya terang di siang hari dan langit biru yang cerah jika langit tak mendung lagi.

Mengingat kata mendung, ingin saya membawa pikiran dan imajinasi ini pada nasib seorang anak muda atau manusia setengah tua yang masih menjadi buruh dan selamanya akan di lebeli sebagai sorang buruh di Indonesia.

Masalah dari seorang buruh, saya kira bukan ada pada beban kerja, atau waktu yang menyita untuk menjalankan sebuah tugas pekerjaan yang harus mereka selsaikan.

Buruh-buruh di Indonesia, sudah mengenal baik betul tanggung jawab dan beban kerja yang lebih di pikulnya. Bahkan sudah mengenal betul takaran apa saja yang dapat dibeli dari upahnya meski terkadang kata khiasan "kerja serius gaji bercanda" menjadi polemic yang hanya patut ditertawakan saja oleh para buruh.

Apa yang dinamakan totalitas dari buruh di Indonesia. Ibarat mengaji, mungkin sudah khatam, atau selsai dengan segala bentuk kajian itu, dan harus mengkaji yang lain-lain lagi untuk menambah pahala pengetahuan.

Tetapi, angin segar bagi buruh Indonesia, di mana Negara Portugal salah satu negara di Eropa sana, membuat peraturan jam kerja seorang bos tidak boleh menghubungi anak bawahannya di luar jam itu.

Berbeda konteks tentu, jangankan membuat angin segar peraturan yang manusiawi bagi pekerja atau buruh seperti Negara lain di Indonesia.

UMR Indonesia bagi para pekerja atau buruh saja tidak bisa diharapkan, meski katanya UMR indoneisa sudah tinggi tetapi faktanya betul masih "tinggi", bagi saya ya "tinggi" mimpi buruknya bukan harapan-harapannya kepada buruh.

Seperti diketahui UMR Indonesia 2022 hanya naik satu persen, bayangkan satu persen yang seuprit itu. Mending kalau UMRnya menyentuh kepala empat juta, jika itu hanya kepala 2 juta atau satu juta? Sulit dibayangkan dengan kata-kata indah membangun rumah tangga kan ya, apalagi membeli mobil sambil nyicil KPR, rasanya makin jauh dengan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun