Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyelami Apa yang Dinamakan "Gagal"

16 Juli 2021   09:57 Diperbarui: 16 Juli 2021   10:17 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terkesan seperti tak menghargai, kita terkadang lupa tentang apa yang sebenarnya kita tuju dalam hidup ini. Tidak dipungkiri segala sesuatu yang sudah tidak diperhitungkan adalah hal yang kita tidak akan pedulikan.

Secara manusiawi, kita memang tidak akan memberikan perhatian pada sesuatu yang sudah tidak kita anggap penting dalam hidup kita dan bisa dikatakan semua orang normal menyadari itu.

Tetapi bagaimana jika yang tak diperhitungkan "penting" itu adalah segala sesuatu yang ada di diri kita sendiri?  Tentang semua tujuan dan cita-cita diri kita memandang hidup?

Mungkinkah diri kita sebagai alat untuk mencapai tujuan dari hidup itu memang benar-benar ada kalanya harus tak dipedulikan sebagaimana kucing-kucing jalanan yang terbuang dipinggiran sampah pasar?

Tentu inilah pertanyaan yang mendasar, saat diri kita yang saat ini merasa bahwa kita sudah kehilangan arah dari gairah setiap apa yang kita tuju dalam hidup ini dengan keporak-porandaan bangunan dari tujuan itu yang mungkin sudah hancur.

Dan perlu diketahui, apa yang kita tuju jelas tidak akan ada salahnya, saya kira semua dasar dari tujuan kita adalah kebaikan untuk diri kita, asalkan apa yang dituju adalah benar-benar cita-cita mulia berdasar dari logika yang jernih bermuara pada bentuk kemanfaatan bagi diri dan orang lain.

Seperti halnya seorang yang ingin menjadi pebisnis yang sukses, penulis yang diperhitungkan karya-karyanya oleh khalayak luas didalam tatar dunia literasi, atau membawa suatu organisasi social untuk semakin bermanfaat bagi masyarakat. Semua adalah tujuan-tujuan mulia yang terkandung dalam tujuan diri kita dalam mengisi kehidupan itu sendiri.

Maka dari sejumlah proses yang sudah kita bangun, tentu ada hal-hal yang dapat menyurutkan mentalitas kita untuk terus memperjuangkan apa yang menjadi tujuan kita. Tidak lain yang menyurutkan proses dari menggapai tujuan-tujuan kita adalah kegagalan-demi kegagalan dalam prosesnya menuju tujuan itu.

Banyak orang tak mampu menerima kegagalan dalam prosesnya, itu yang tidak dapat ditampik. Untuk itu menyelami sebuah kegagalan ada kalanya merupakan hal yang paling penting dan harus dibangun sejak kita sudah mempunyai tujuan hidup itu sendiri.

Karenanya merasakan kegagalan berarti kita mengalami proses yang sebenarnya tidak kita ingini. Kegagalan dapat membuat mental kita jatuh jika terus diratapi. Maka sebuah kegagalan, banyak orang yang menganggap bahwa itu aib yang harus dihindari.

Namun bagaimanakah seharusnya kita menyikapi sebuah kegagalan dalam setiap tujuan hidup kita? Mungkinkah kegagalan bisa menjadi sebuah ajang dimana itu akan menjadi sebuah titik balik bawasannya kita harus belajar dari setiap bentuk kegagalan itu untuk lebih siap dalam menjalani proses dari setiap tujuan hidup kita?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun