Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

FPI Sadar Tak Disukai, Pendekar Banten Turun!

21 November 2020   09:53 Diperbarui: 21 November 2020   10:01 7284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ini, di mana era media sosial sangat dominan bagi kehidupan manusia, semua suara bahkan pendapat dapat tertampung disana.

Tidak dipungkiri tanpa ada fasilitas media sosial, demokrasi saya kira akan hambar, dimana interaksi publik yang terbatas, disitulah kehambaran demokrasi.

Tetapi saat ini era baru itu telah dimulai, dimana keterlibatan berpendapat dapat melibatkan siapapun asal aktif dimedia social.

"Karena tidak jarang gerakan social sendiri berawal dari gerakan yang ada dimedai social. Tentu gerakan apapun seperti menyuarakan kebijakan pemerintah"

Sebagai salah satu contoh baru-baru kemarin tentang kebijakan UU Cipta Kerja yang disahkan oleh DPR (5/10/20). Tidak lain media social punya andil besar dalam menentang kebijakan tersebut sehingga menciptakan massa tutun ke jalan menentang UU Cipta Kerja.

Namun media social tidak hanya menyuarakan kebijakan politik saja, tetapi lebih dari itu yakni semua aspek kehidupan manusia termasuk gejala-gejala social yang diyakini banyak orang sebagai penyimpangan dan tidak etis.

Tentu penyimpangan tersebut dapat berkaitan dengan etika pribadi atau dengan etika sosial yang lebih luas. Pada dasarnya media social adalah temapatnya orang-orang kritis, sekeptik, dan melawan keadaan pikirannya sendiri.

Maka dari itu hadirnya fenomena FPI beberapa tahun silam yang dipimpin oleh imam besar Rizieq Shihab, kenyataannya dengan berbagai kontroversinya, juga tidak lepas dari pandangan public social media.

Untuk itu dengan di suspendnya akun  twiter FPI dengan alamat @DPPFPI yang tidak bisa dibuka sejak Jumaat (20/11) adalah bukti bahwa suatu gejala social dapat juga dilakukan di media social.

Menanggapi hal tersebut FPI sendiri sadar bawasannya warganet banyak yang tidak suka dengan FPI.  Wakil sekertaris umum FPI Aziz Yanuar sendiri mengaku bawasannya akun FPI sudah berulang kali terkena suspend.

Mungkinkah perlawanan terhadap akun media social, merupakan cara baru orang-orang melawan sesuatu yang tidak disukai, dalam hal ini warganet meminta suspend Twiter FPI?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun