Di dalam sebuah garis, kata bersimpuh adalah ungkapan kosong yang tidak lagi ada artinya. Memang menjadi manusia tanpa pengalaman, selalu saja dunia hanya ingin seperti bayangan yang ada dalam dirinya sendiri.
Namun bagi yang mungkin saja saat ini keras dalam memaknai keberadaan diri. Manusia semakin ia merasa bahwa dirinya lebih baik akan menciptakan suatu arogansinya sendiri.
Seperti yang sudah banyak manusia saksikan pada kenyataan hidupnya sendiri. Selalu saja hidup mencari kebanggan yang mungkin ia dapat banggakan pada manusia lain untuk dibandingkan.
Tetapi tanpa ia memandang lebih jauh, apakah kebanggan itu layak menjadi dalih dirinya atau tidak untuk membanding-bandingkan dengan manusia lain saat mempersepsikan kebanggaannya itu?
Arogansi yang tidak disadari, pada akhirnya akan menciptkan suatu keadaan yang menyangsikan. Mungkinkah sebagai manusia dalam bersosial sendiri tidak boleh menjadi arogan dengan apa yang manusia itu sendiri punya?
Kenyataannya arogansi dan kemenjadian manusia, disitulah hanya titik kesadaran yang akan mengilhami bawasannya dari hidup apa yang dibanggakan, karena pada kenyataannya semua itu akan lenyap dengan kematian.
Dan meski kebanggan yang tertumpuk, selalu menganggap diri lebih baik dari orang lain, kenyataannya dapat menutup prasangka diri, bawasannya ada kelemahan dibalik hidup menjadi manusia yang kompleks dalam menjadi manusia itu sendiri.
Untuk itu, dalam bayang hidup, apakah manusia harus mempunyai sikap arogan dengan kebanggaaannya?
Membanggakan diri  dihadapan orang lain, yang didalam kebanggaan dirinya tersebut selalu ada titik pencapaian manusia lain yang lebih tinggi. Selalu ketika manusia berpikir kebanggan tidak akan pernah ada habisnya.
Kebanggan diri dan menganggap diri lebih baik dari orang lain tanpa disadari adalah arogansi yang mutlak. Seharusnya sebagai manusia, hidup harus belajar bawasannya "menjalani hidup" apalah yang akan dicari.
Kebanggaan diri tidak selamannya setiap orang lain akan menerima apa yang diri kita bangga-banggakan sebagai manusia. Kebanggan pada diri haruslah disimpan untuk dirinya sendiri. Sebab dimata orang lain tidak ada manusia yang membanggakan manusia lain.
Sebeb ilmu diri adalah sebuah kesadaran melihat diri. Mungkin benar boleh saja kita menyebut diri baik, membanggakan, dan kita adalah orang yang benar menjalani hidup.
Semua itu memang dianjurkan jika itu hanya untuk angapan kita sendiri untuk mengontrol diri kita sendiri sebagai manusia.
Tetapi jika kita menginginkan orang lain untuk mengakui kebanggan diri kita, yang dibanggakan adalah argoansi kita sebagai manusia.
Tentu meminta orang lain menerima kebanggan hidup kita sendiri, yang menurut orang lain tetap ada kebanggan yang lebih tinggi dan tidak ada habisnya. Sebab kebanggan sendiri adalah subyekifitas manusia yang hanya bisa diakui oleh diri sendiri.