Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

PAN dan Konflik Politik Trah Amien Rais

25 September 2020   07:48 Diperbarui: 27 September 2020   15:42 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: jatimtimes.com

Trah dan kekuasaan politik sebagai konflik memang bukan sesuatu yang ilusif melainkan merupakan kenyataan. Tetapi mungkin tergantung pendidikan dalam keluarga menerapkan kesadaran untuk saling "legowo" atau menerima.

Bukankah dihadapan public antara Agus Harimukti Yudhoyono dan Ibas Yudhoyono di Partai Demokrat tidak pernah cekok kekuasaan politik di partainya? Tetapi pun jika mereka konflik politik, tidak terlihat baper politik. Sebab jarang terlihat antara AHY dan Ibas bersitegang dalam politik sampai terekspos media.

Maka dari itu dalam kasus konflik trah Amien Rais dan PAN. Saya menganalogikan sebagai suatu kerajaan besar dimana seorang Rajanya menurunkan banyak keturunan yang sama ingin berkuasa dalam kerajaannya tersebut. Karena Rajanya sendiri berharap anaknya kelak menggantikan kekuasaan atas tahtanya.

Tetapi dalam kekuasaan Raja terebut karena demokratis, sang Raja tidak dapat terus berkuasa sampai akhir hayatnya.  Maka dari itu sang raja besar tersebut yang merasa sudah membangun dari dasar kerajaannya itu, meminta anak-anaknya untuk maju merebut singgasana yang pernah di duduki ayahnya sebagai Raja.

Sebagai langkah memperkuat kerjaan secara membudaya memang harus besanan dengan yang sama-sama mempunyai kerajaan, supaya kelak kerajaan keluarga menjadi besar. Tradisi seperti itu adalah cara dan biasa dilakukan kerajaan-kerajaan jaman dulu, besanan politik memperkokoh kerajaan.

Nahas sang Raja tidak sempat menetukan siapa anak yang akan ia percayai sebagai pewaris tahta karena sang Raja tersebut masih hidup. Keputusannya tidak pernah bulat, karena hari-harinya terus menimbang-nimbang mana anak yang paling patuh terhadap dirinya setelah duduk disingsana kekuasaan Raja.

Sebab diri sang Raja masih menginginkan berkuasa meskipun tidak mungkin menjadi Raja dalam kerajaan tersebut. Maka dari itu Raja berpikir anak ketiganya akan dijadikan pewaris tahta kerajaannya dimasa depan, sekaligus dinikahkan dengan anak dari pemilik kerajaan lain supaya kerajaan tersebut besar.

Namun setelah besannya sendiri duduk sebagai Raja pengganti. Dan keputusan sang raja yang besanya tersebut  tidak disepakati Raja sebelumnya pendiri kerajaan itu. Raja pendiri saya sebut raja besar; karena Raja besar menilai bahwa Raja besanya tersebut salah dalam membawa arah kerajaan ketika disatukan dan disinyalir oleh raja besar akan menguasai kerajaan tanpa mengindahkan kekuasaan raja besar tersebut.

Karena anak ketiganya yang menjadi mantu besannya yang kini menjadi Raja kerajaan yang bersatu itu. Raja besar khawatir ketika anak ketiganya duduk di singgasana pada waktunya. Juga tetap akan di intervensi oleh besannya yang saat ini menjadi Raja dalam penyatuan kekuatan itu.

Anak pertama dari sang Raja besar tersebut ketika besannya berkuasa tidak diberi ruang yang cukup untuk menapaki karir di singgasana kerajaan menjadi elite. Maka dari itu terjadi angkaramurka.  Anak pertama dan Raja besar itu berseteru dengan sang besan dan anak terakhir yang menjadi mantu sang besan membela mertuanya.

Sudah tidak dapat diharapkan lagi kerajaan yang dibangun oleh Raja besar tersebut dan menimbang anak pertamanya selamanya tidak akan punya peran di kerajaan yang dibangunya sendiri yang kini di kuasi besannya. Maka dari itu ia "Raja besar" akan membuat kerajaan baru untuk anak pertamanya dengan mengandalkan loyalis dikerajaan lama Raja Besar tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun