Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sangkal Dinasti: Fahri Pasang Badan Bela Anak, Mantu, dan Jokowi?

19 September 2020   07:29 Diperbarui: 20 September 2020   22:45 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: publikasionline.id

"Fahri mengatakan tidak ada dinasti politik di negara demokrasi. Proses politik di negara demokrasi tak menjamin siapapun untuk menang".

Saya sepakat dengan ini, tetapi pada praktiknya demokrasi juga memungkinkan memenangkan dinasti politik kembali pada pilihan rakyat.

Seperti keluarga Ratu Atut Gubernur Banten yang saat ini tersangkut kasus korupsi, bukankah keluarga Atut adalah praktik politik dinasi yang terjadi didalam demokrasi? Dimana pusaran kekuasaan provinsi Banten mayoritas adalah kerabat Atut itu sendiri termasuk didalamnya kini walikota Tanggerang Selatan Airin Rachmi Diany.

Dalam negara demokrasi tidak akan terjadi dinasti politik sebab kekuasaan demokratis tidak diwariskan melalui darah secara turun temurun. Tapi dia dipilih melalui prosesi politik, orang yang masuk prosesi politik itu, belum tentu menang dan belum tentu juga kalah," kata Fahri dalam keterangan tertulis, Jumat (18/9) dikutip CNN Indonesia.  

Tetapi menjadi pertanyaan sendiri, bukankah di dalam sistem apapun dalam politik jika kekuasaan kepemimpinan Negara di kuasi oleh kerabat adalah praktik dari dinasti politik, terlepas dari demokrasi pilihan rakyat?

Fahri juga berargumen bahwa satu-satunya dinasti politik yang ada di Indonesia saat ini adalah Dinasti Hamengkubowono di Yogyakarta. Idealnya, menurut Fahri Hamzah, dinasti di kesultanan Jogjakarta pun itu hanya sebagai simbol, hanya mendapat jabatan publik setingkat gubernur.

Mantan Wakil Ketua DPR itu Fahri Hamzah juga mengaku telah mengajak debat orang-orang yang menuding partai Gelora melanggengkan dinasti politik karena mendukung anak dan mantu Presiden Joko Widodo.

Fahri menilai kelompok tersebut tidak paham konsep politik dinasti. Fahri khawatir orang yang tidak sepakat dengan langkah Partai Gelora tersebut bukan mempermasalahkan dinasti politik. Namun mereka hanya membenci Jokowi.

Dalam pembelaannya terebut Fahri mengatakan Partai Gelora mendukung dinasti akhirnya hanya jadi percakapan di pingggir jalan, percakapan orang yang tidak berkualitas. Jadi orang bodoh itu, tidak hanya di istana, tapi juga di pinggir jalan karena tidak berkualitas, ucapnya mengelak orang-orang yang menuding Partai Gelora mendukung dinasti politik..

Jangan karena kemarahan kepada seseorang "Jokowi", lalu mencomot terminologi yang tidak bisa kita pertanggungjawabkan di hadapan dunia akademik dan juga di hadapan Allah SWT kata Fahri membela lagi keputusan partainya dalam mendukung anak dan mantu Jokowi.

Disinyalir dengan mendukungnya Partai Gelora terhadap mantu dan anak Jokowi tersebut juga pertanda bahwa Partai Gelora bersiap untuk masuk dalam koalisi pemerintahan Jokowi mendukung pemerintah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun