Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Terbelah: PAN Menjadi Partai Kelas Bawah

9 September 2020   07:42 Diperbarui: 11 September 2020   23:42 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi:amanat.news

Kenyataannya sebagai basis suara PAN (Partai Amanat Nasional) sejak awal berdirinya, tanpa warga Muhammadiyah, PAN tidaklah akan mendapat suara apa-apa.

Sepanjang solidnya warga Muhamadiyah sebagai basis pemilih mendongkrak suara PAN. Belum pernah PAN menikmati puncak kekuasaan politik sebagai partai yang dipilih mayoritas pemilih di Indonesia.

Dari tahun ke tahun, pemilu tahun 1999 sampai 2019. PAN tidak pernah menginjak papan atas prestasi suara pemilu. Sepanjang sejarahnya PAN paling mentok menginjak peringkat 5. Sehingga PAN sendiri jika di klasifikasi merupakan partai kelas menengah di Indonesia.

"Berpolitik menyatukan suara untuk berkuasa sangat penting dan dianjurkan dalam demokrasi. Karena dalam sistem demokrasi sendiri, politik adalah jumlah suara terbanyak".

Memang kenyataannya itu tidak dapat ditampik. Sebesar-besarnya organiasasi masyarakat mendukung PAN seperti Muhammadiyah. Apakah tidak akan mengalami kendala jika suara PAN sendiri terpecah belah menjadi dua misalnya? Di mana pecahnya tersebut dapat merusak kesolidan dan perolehan suara partai politik PAN di pemilu?

Sebenarnya sejarah berdirinya PAN. Partai itu dapat eksis sampai saat ini berkat suara warga Muhammadiyah. Saya kira di luar warga Muhammadiyah, PAN tidaklah menjadi partai refersensi pilihan utama masyarakat.

Berbeda dengan partai nasionalis lain seperti Golkar (Golongan Karya) dan PDIP (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan), dimana basis politiknya menyebar di kalangan masyarakat identitasnya tidak melekat. Tetapi dengan PAN sampai kapanpun akan terus melekat dengan warga Muhammadiyah. Di mana ada Muhammadiyah di situlah potensi pemilih partai PAN.

Maka tidak salah jika PAN akan merugi dengan sendirinya jika mereka membelah dirinya sendiri menjadi berapa pun bagiannya. Karena secara tidak langsung PAN juga membelah pemilihnya yakni organisasi atau warga muhammadiyah yang ada.

Meskipun PAN merupakan partai berpengalaman yang dibangun 22 tahun silam pasca reformasi. Tetapi saya kira basis pendukungnya sendiri, PAN belum mampu secara efektif meraup dukungan lain selain dari warga Muhammadiyah.

Ini terbukti contohnya suara politik dari desa saya sendiri pinggiran Kabupaten Cilacap. Dimana pemilih PAN berbanding lurus dengan warga Muhammadiyah yang ada. Dari tahun ketahun peningkatan pemilih PAN tidaklah signifikan.

Bahkan anak ranting kepengurusan partai PAN sendiri di desa saya tidak begitu terlihat. Berbeda dengan partai lain seperti PDIP yang walau tidak banyak anggota anak rantingnya. Tetapi ada kepengurusannya dan jelas. Pemilih tradisionalnya pun tetap ada saja, mayoritas orang tua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun