Seminim-minimnya tulang di dalam lidah manusia. Selalu saja karena manusia punya rasio, ia dapat gunakan lidah itu sebagaimana ingin pemilik lidah tersebut gunakan.
Oleh karena itu, saat manusia akan berbicara, sudah pasti ia akan menggunakan rasionya meski minim tulang. Apa yang namanya "bicara" tentu bersumber dari segala apa yang tertampung dalam wadah pengetahuannya.
"Disini tulang dalam lidah memang tidak ada. Tetapi dasar dari pembicaraan itu semua berlatar belakang dari pikiran manusia itu sendiri. Maka ketika akan berbicara seharusnya manusia, berpikir terlebih dahulu menggunakan "pikiran" itulah kebenaranya"
Dalam berpolitik faktor kantong-kantong suara memang berperan besar dalam mensukseskan pasangan calon yang akan maju dalam kontestasi pilkada.
Memang kontestasi politik senyatanya adalah kontestasi partai politik itu benar. Saya mengakui tidak dapat saya sangkal keberadaan partai politik sangat dominan.
Dominasi partai dalam kontestasi politik baik pilkada, pilpres, dan pileg. Kenyatanya adalah kendaraan yang sah untuk mengantarkan  siapa-siapa yang berminat menjadi pejabat public.
Saya kira politik merupakan anak dari ideologi. Dari mana ideologi itu muncul berkat sejarah yang panjang dari budaya berpolitik manusia.
"Politik yakni keyakinan dan narasi keyakinan akan mudah sangat dipolitisasi. Itu lah dunia politik untuk dapat bisa saling memepengaruhi"
Maka saya tidak heran mengapa politik selalu menciptakan narasi kedaerahan, golongan, dan ras. Sebab dalam berpolitik sedikit banyaknya adalah cakupan dari ketiga entitas tersebut yang tidak dapat dipisahkan.
Menanggapi harapan, tentu tidak salah mengapa Puan Maharani yang saat ini menjabat ketua bidang politik dan keamanan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) saat mengumumkan cagub dan cawagub di pilkada sumbar mengatakan:
Semoga sumatra barat menjadi provinsi yang memang mendukung Negara pancasila