Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Se-Nasib di PHK: Perusahaan Ini Parah PHK 18.000 Ribu Karyawannya

31 Agustus 2020   16:57 Diperbarui: 1 September 2020   22:33 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tepat empat bulan yang lalu saya di PHK. Bagi saya tentu ini adalah sesuatu yang baru dalam hidup saya. Sebelumnya ketika saya keluar dari tempat kerja, tidak pernah diberhentikan di tengah jalan; sebut saja sejenis PHK.

Sejak dulu saya bekerja kalau memang tidak habis kontrak dan tidak mendapat project lagi dari perusahaan, saya pasti keluar dari tempat kerja. Tetapi seringkali saya sengaja keluar dari tempat kerja "perusahaan" karena memang keadaan lingkungan kerja sudah tidak nyaman dihati. Untuk itu sudah biasa saya akhirnya pergi dan mencari tempat kerja baru lagi.

Menapaki jejak kerja, saya memang sudah bertahun-tahun lamanya melakoni aktivitas kerja. Saya mulai menginjak dunia professional kerja saat tahun 2009 bermula dari Jakarta. 

Merantau-merantau kemanapun sampai ke pulau Bali. Akhirnya tahun  2019 lalu ,saya bekerja di kampung halaman saya sendiri di Kabupaten Cilacap.Meski nilai gaji sendiri terbilang kecil sebatas UMK Cilacap yang hanya dua digit JeTe. Saya merasa santai saja. 

Sebab kebutuhan makan dan tempat tinggal ditopang oleh orang tua di kampung. Praktis kebutuhan saya hanya untuk jajan dan menabung sesekali bantu orang tua beli lauk atau bayar tagihan air dan listrik.

Tetapi yang terkadang menjadi ganjalan saya saat ini. Dimana saya sudah mengenal dan dekat wanita yang ingin saya lamar untuk saya per-istri. Di PHK benar-benar pukulan bagi saya.

Karena terus terang melamar wanita ketika tidak bekerja seperti sayur kurang garam menurut persepsi saya. Apalagi dihadapan calon mertua. Jelas saya malu melamar anak orang ketika saya sendiri seorang pengangguran.

Disamping itu saya juga ketika bekerja deket dengan rumah "keluarga" sebenarnya banyak kesempatan lain. Dimana ketika kerja di kampung halaman sendiri dan kebetulan jodohnya juga dekat rumah. Tidak akan LDRan dengan istri dan akan-anak tercinta kelak. 

Sebab saya sendiri sudah enggan merantau sebenarnya lelah di tanah perantauan.Tetapi dengan di PHKnya saya, kesempatan dan mimpi itu bubar semua meski saat ini saya harus bangun mimpi itu dari awal lagi. 

Memang virus corona menghancurkan segalanya. Negara Indonesia juga diambang resesi ekonomi. Dimana terjadi pelambatan aktivitas ekonomi yang membuat lowongan kerja saat ini sulit sekali. Banyak perusahaan gulung tikar atau vakum sementara waktu ini di masa pandemi.

Meskipun bantuan untuk memperbaiki ekonomi Negara dikucurkan belum lama ini. Subsidi untuk para pekerja gaji dibawah 5 juta per-bulan. Sayang sekali saya tidak dapat subsidi tersebut. Karena saya bukanlah pekerja aktif yang masih disetorkan BPJS ketenagakerjaan oleh perusahaan saya sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun