Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kader mBalelo, PDIP, dan Boby Nasution

29 Agustus 2020   10:44 Diperbarui: 29 Agustus 2020   12:12 1633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi:swarasumut.com

Yang nantinya tidak diperhitungakan oleh kader sendiri maupun orang-orang diluar kader yang akan diusung sebagai calon baik di pilkada atau pemilihan umum lainnya.

Maka saya kira bukan karena faktor Boby Nasution adalah mantu presiden, dimana tekanan partai mensukseskan Mantu Jokowi tersebut harapannya sangat besar.

Hubungan "emosional" Alasan Mbalelo  

Memang sudah menjadi hal biasa dalam politik terjadi kader partai mbalelo. Arti mbalelo sendiri adalah mangkir tidak nurut dengan keputusan partai.

Inilah yang sedang dialami PDIP di Medan dalam mendukung mantu Presiden Jokowi sebagai Bakal Calon Walikota "Boby Nasution".

Masing-masing ketua akar rumput partai PDIP yang mbalelo adalah ketua Pimpinan Anak Cabang (PAC) Medan di empat kecamatan yakni kecamatan Medan Perjuangan, Medan Area, Medan Johor dan Medan Selayang.

Meskipun alasan rata-rata kader PDIP yang mbalelo tersebut setelah dilakukan penelusuran menolak pencalonan Boby Nasution karena hubungan emosional  dengan paslon lain, saya kira wajar-wajar saja dalam project politik.

"Sebab apa yang menjadi dasar dari keanggotaan dengan partai politik adalah kepentingan meskipun hirarki partai tidak mengakomodir kepentingan pribadi dalam suara politik.

PDIP memecat kader mbalelo memang tidak salah. Kader mbalelo pun benar dengan kepentingannya. Saya kira partai politik adalah bangunan besar jasa dari project politik. Jadi dalam kepentingan "politik" jika memang tidak mau terlibat sekalipun dengan keputusan partai sangat-sangat wajar bagi saya.

Karena politik adalah kepentingan, bukan tidak mungkin kader tersebut pada pilkada kali ini dipecat PDIP tetapi dalam politik mungkin di pilkada yang akan datang gabung kembali karena akan melaksanakan project yang sama juga sangat mungkin.

Saya tidak heran dengan kata-kata pecat dalam keanggotaan partai politik. Lah wong yang tadinya lawan juga bisa jadi kawan apalagi tadinya kawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun