Langit memang akan terus membiru tetapi dengan langkah kaki ini, apakah akan terus seperti itu? Manusia yang terus merenung dalam perenunganya, mungkinkah kekeguman kepada manusia lain "lawan jenis" telah menjadi rasa cinta, dimana cinta itu bukan saja akan menjadi teman hidup bersama, tetapi juga menjadi sepasang manusia yang menghendaki reproduksi?
Inilah yang terkadang dalam jawab itu, pertanyaan yang selalu berat. Pria yang bebal untuk sekedar mengobrol dengan wanita pun belum berani mana bisa menjadi sesuatu yang akan mengambil hatinya dalam menjalin hubungan?
Namun menjadi wanita bagi seorang pria. Mereka bukanlah mahluk yang bodoh, karena merekalah yang justru lebih pandai dalam romanasa "cinta" itu hubungan antar lawan jenis.
Jika wanita tersebut cantik misalnya. Dalam jangka beberapa tahun, ada berapa pria yang ingin mendekatinya?
Bukankah menjadi pria sendiri, tanpa ia mendekati wanita, bukankah pengalaman akan romansanya menjadi nol besar? Tanpa mendekati pria--- wanita punya kesempatan untuk didatangi pria dibading "pria" didatangi wanita.
Kini di abad manapun termasuk wanita diabad ke-21 juga begitu. Saya yakin dalam hari-hari wanita, bukan satu atau dua pria yang ingin mendekatinya, tetapi banyak. Dan wanita, ia memang ditugaskan sebagai penanggung jawab hidup untuk terus menentukan pilihannya kepada pria.
Saya yakin ketika wanita banyak didekati pria, ia akan semakin memilih dan terus akan memilih sampai pada titik bingungnya tersebut terhadap pilihannya.
Dalam kebingungan itu sebenarnya wanita tidak pernah memilih, ia hanya menunggu pria yang berani berkomitmen sesuai dengan imajinasi wanita.
Karena kisah romasa banyak pendapat bahwa; wanita adalah makhluk imajinasi. Sedari kecil, dongeng-dongeng yang mereka asup sebagai bagian dari kebutuhan akan cerita-cerita indah.Â
Maka hebatnya narasi tentang pria sejati seperti "pangeran" bersayap itu merupakan pemenuhan-pemenuhan akan daya gerak imajinasi wanita.
"Dimana ketika mereka "wanita" belum selsai dengan imajinasinya untuk dibandingkan dengan realitas, ia akan terus terjebak dan menjebakan diri pada pilihan. Disana ia tidak pernah selsai untuk memilih, bahkan ketika ia sudah menjatuhkan pilihan".