Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Hajatan dan Hiburan Tak Kunjung Diizinkan, Siapa Menanggung Beban?

23 Juli 2020   20:01 Diperbarui: 24 Juli 2020   21:14 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: dokpri (seniman nganggur dimasa pandemi berlatih disanggar)

Mungkin saat ini inovasi hajatan dan sajian hiburan dengan penerapan protokoler kesehatan sedemikian rupa haruslah dikaji dan diberi solusi kongkrit oleh pemerintah untuk dapat dijalankan. Supaya setiap pemangku kepentingan tetap dapat dampak ekonomi dari hajatan tersebut untuk menyambung hidup mereka masing-masing.

Pemerintah Harus Berani Memberi Keputusan Bergerak Maju  

"Sesulit apapun suatu keputusan memang harus diambil, kini biarlah kesehatan menjadi urusan pribadi masing-masing. Mulai jalankan ekonomi untuk kepentingan hidup orang banyak lebih medesak dari pada memutuskan untuk dilema saja".

Ditarik ulurnya PSBB, atau aturan lockdown, tidak boleh berkrumun, social distancing seperti menjadi kampanye pemerintah yang masyarakat sudah muak menerapkan karena terlalu lama merasakan dan mejalankannya.

Jika tidak terdampak ekonomi mungkin masyarakat akan leha-leha saja. Namun dampak ekonomi yang terasa membuat mereka jengah, bingung, mau berekspresi tetapi direpresi akbibat covid-19 dalam beraktivitas mencari ekonomi oleh pemerintah melalui pihak-pihak kepolisian.

sumber gambar: dokumen pribadi (suasana panggung hibuaran pasar kuliner desa)
sumber gambar: dokumen pribadi (suasana panggung hibuaran pasar kuliner desa)
Cerita kejadian di kampung halaman saya, Desa Karangrena yang kebetulan saya juga menjadi penggerak kampung kreatif desa, dimana di sana terdapat pasar kuliner dan sebagainya, yang menjadi motor penggerak ekonomi masyarakat desa di masa pandemi covid-19. 

Karena desa saya di pelosok, aksesnya dikelilingi Sungai Serayu, ditambah jalanan ketika malam sepi, tanpa adanya hiburan suasananya pasar kuliner pasti sepi. Ditambah pasar tersebut buka setiap weekend.

Oleh karena itu untuk menggerkan masa sendiri memerlukan hiburan sebagai daya tarik kepada warga masyarakat untuk membeli dagangan masyarakat. 

Maka sebelum dua minggu lalu setiap malam minggu pangung hiburan tersebut entah musik akustik atau karaoke ceria harus ada sebagai penghangat suasana dan daya tarik pengunjung.

Tetapi lagi-lagi tarik ulur sebuah keputusan atas nama Covid-19 tidak boleh berekerumun dan sebagainya membuat suatu dampak yang pelik bagi masyarakat. 

Pangung hiburan selama ini yang menjadi roh pasar kuliner diminta polisi harus dibongkar yang mewakili pemerintah alasan penanganan covid-19. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun