Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Hajatan dan Hiburan Tak Kunjung Diizinkan, Siapa Menanggung Beban?

23 Juli 2020   20:01 Diperbarui: 24 Juli 2020   21:14 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: dokpri (seniman nganggur dimasa pandemi berlatih disanggar)

Dihitung sejak pertama kali diputuskan oleh pemerintah hingga sampai saat ini, sudah lima bulan hajatan dan hiburan secara besar-besaran ditahan dan tidak diperbolehkan di Desa saya Desa Karangrena, Kecamatan Maos, Kabupaten Cilacap.

Namun bukan hanya desa saya yang diberlaukukan penundaan hajatan dan hiburan secara besar oleh pemerintah, desa-desa lain di Kabupaten Cilacap juga mengalami hal serupa. Tentu penyebabnya adalah pandemi covid-19 yang katanya masih mengancam masyarakat sejauh ini meskipun begitu samar.

Sebagai orang kecil yang terkena PHK di perusahaan akibat covid-19, saya merasakan betul siapa saja dan bagaimana keadaan mereka yang bergantung nasib dan bekerja  dari  setiap hajatan dan hiburan yang tidak kunjung dibelakukakan lagi digelar oleh pemerintah.

Bayangkan siapa yang tidak mau teriak ketika untuk makan saja khawatir akan ada atau tidak besok. Sudah lima bulan ini mereka yang berkecimpung aktivitas kerjanya berdasar pada hajatan dan hiburan pasti tanpa pemasukan Rupiah, adanya hanya pengeluaran saja. 

Maka siapapun jelas akan mengeluh termasuk orang-orang yang mempunyai kepentingan ekonomi dengan adanya hajatan dan hiburan.

Untuk itu temen saya yang kebetulan punya jasa sewa tarub, sound system dan seperangkat alat hajatan mengeluh keras kepada saya. Jika disadari siapa pun dan apapun bentuknya yang terlibat dalam hajatan dan hiburan tersebut, pasti mengeluhkan dengan tidak diperbolehkan adanya hajatan termasuk teman saya merupakan suatu kewajaran.

Ditambah  dengan yang berkarya sebagai seorang seniman, pedagang daging, tukang padang (juru masak) dan rewang mencuci piring, semua terkena imbasnya. Bayangkan ketika dikalkulasi setiap ada 50 pelaku usaha yang bergerak dihajatan berapa untuk skup nasional orang yang terdampak?

Di samping itu pedagang-pedagang seperti pedagang bumbu masakan, pernak-pernik sovenir, dan sebagainya juga sangat merasakan dampaknya di masa pandemi ini covid 19 ini.

Yang menjadi pertanyaan saya dengan dampak yang disebabkan oleh tidak adanya hajatan dan hiburan yang jelas berpengaruh terhadap ekonomi masyarakat, akan sampai kapan ditahan-ditahan lagi oleh pemerintah? Apakah tidak ada solusi lain? Sebab ekonomi pun adalah bagian penting dari hidup manusia yang harus menyala bukan hanya kesehatannya?

Kawan saya seorang seniman pangung yang mengung ke sana ke mari ketika hajatan saat ini pun kondisinya sangat mengkhawatirkan. Sampai-sampai untuk bertahan hidup, ia harus mengamen jauh dari desa ke kota lintas kabupaten di Kota Gombong Kabupaten tetangga Cilacap yakni Kebumen.

Maka dari itu hajatan dan hiburan yang sederhana dipahami, namun sangat memberi dampak yang besar terhadap perekonomian masyarakat, tetaplah harus dilaksanakan untuk pemenuhan ekonomi masing-masing kepentingannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun