Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kata Sebagai Sebuah Karya

8 Juli 2020   10:47 Diperbarui: 9 Agustus 2020   01:02 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: pixabay.com

Tentang menjadi cemas dan terus saja selalu mencemaskan hidup. Lalu kemudian menjadi penanya yang terbaik bagi pada dirinya sendiri.

Apa sebenarnya rasa itu, apakah ia memang benar-benar ada dalam nyatanya rasa ini? Tetapi apakah kalian tahu dari apa yang tertunggu itu, jalan dari bayang-bayang hidup kalian sendiri sebagai seorang manusia yang berseni untuk berkarya nanti?

Diam dan berpikirlah pada kehampaan rasa kalian sendiri sebagai manusia yang tertatih. Sesekali mencari apa kata dari intuisi sendiri yang berkumandang. Tetapi kalian juga harus bertanya, pada siapakah lagi bentuk dari tanya-tanyamu itu harus ditanyakan?

Hari ini adalah hari dimana saya ingin berpijak untuk menetapkan rasa batin saya sendiri saja yang sudah tidak perlu, biarkan tertata secara alamiah saja sebagai ganjaran dari gambaran manusia santai dengan karya untuk tetap berkata-kata.

Dan berbagi ungkpan-ungkapan indah disana memang hanya akan membuat cemas seperti hujan yang tidak ada berhenti-berhentinya dari pagi hingga ke pagi lagi.

Hujan yang belum juga selsai di bulan kedua musim kemarau ini. Ungkapan yang menggema dari kejauhan, "Anak kecil berbicara dengan lantangnya menyahut kata dari lelaki tua itu; Bagaimana dengan benih-benih padiku disawah?

Musim penghujan dan kemarau bukan hanya akan tetap mencemaskan banyak manusia didalam beban-beban berbagai tafsirannya. 

Anak kecil itu benar: "Manusia mungkin terlahir sebagai kaum pencemas! Disaat kemarau meminta hujan supaya tidak kekeringan, musim penghujan meminta berhenti sejenak hujan itu supaya tidak kebanjiran dan ketika musim kemarau hujan dan musim hujan kemarau mereka bertanya-tanya lagi ada apa bumi ini?".

Tetapi tentang bagaimana alam, apakah manusia dapat mengonterolnya? Bukan hanya menjadi teman bagi alam untuk saling mengerti, menjadi manusia juga harus mulai memadamkan api kecemasan yang lahir dari dalam dirinya sendiri. 

Apakah ini tantangan untuk menjadi binatang perasa itu: "manusia"? Bukankah seniman yang berkata-kata juga masih sama dasarnya "binatang" yang menyatu pada alam dan sesekali harus terus memahaminya sebagai diri sendiri?

Sudut pandang memang tidak akan pernah menjadi sama disetiap pada saat-saatnya. Tetapi apa yang sebenarnya dikejar manusia sebagai wahana menjalani hidup itu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun