Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Nasib dan Masa Depan Agraria Pulau Jawa

23 November 2019   12:08 Diperbarui: 25 November 2019   11:28 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi petani. (KOMPAS TV/ Muhamad Syahri Romdhon)

Apakah jika sudah seperti itu, dalam ideologinya sendiri mereka sudah diracuni oleh sistem, dimana mereka "manusia" mencari uang semata untuk bereksistensi dengan kemewahan yang ditawarkan juga oleh uang pada akhirnya?

Bukankah akan menjadi pertanyaan sendiri, ketika mereka "manusia" semakin kuatnya dengan harapan perolehan uang dalam waktu kehidupannya, hal-hal yang penting seperti properti dalam bentuk agraria misalnya, yang masih banyak manusia Desa akan semakin mudah dilepaskan untuk kepentingan pembangunan yang justru tidak menguntungkan mereka di masa depan; "penting punya uang banyak"?

Tentang wacana yang akan menjadi kabur pada akhirnya, pembelian properti masyarakat, pembangunan atas nama modal untuk modal, dan semakin lemahnya daya pikir manusia yang terus akan terbuai dengan kemewahan yang justru membelenggu mereka sendiri. Pada akhirnya tetap kapitalis-kapitalis juga yang akan diuntungkan pada akhirnya.

Dan menjadi masyarakat diabad ke-21 ini, menciptakan kelas yang menang dan kalah pada akhirnya. Namun dalam praktiknya sendiri, system kapitalisme bukan tanpa kelebihan, tentu disini adalah hak milik tersebut sebagai bagian dari asset masyarakat itu sendiri. Mempertahankan asset itu, contoh: "agraria" adalah upaya untuk menang didalam masyarakat kapitalis.

Karena dalam system kapitalisme, pemenang adalah pemilik, dan itu mengapa kepemilikan agraria haruslah diperhatikan, supaya tidak terlalu jauh untuk sebuah pembangunan, yang tetap akan memenangkan mereka para pemodal dengan jumlah besar.

Pembangunan, kemiskinan, dan ancaman kepemilikan lahan
Ibarat bemain dengan logika sendiri, memang terlihat dalam kehidupan "maju" bukanlah sesuatu yang mengecewakan. Manusia memang ingin kehidupan maju dan membanggakan sebagai jawaban dari segala bentuk harapannya.

Namun menjadi "maju" dalam bentuk pembangunan yang tidak disadari itu, kita harus bertanya: akan ada berapa manusia yang dimiskinkan oleh pembangunan itu?

Pertanyaan yang tidak dapat dilepas ini, dalam bayangan sendiri, pembangunan memang diperuntukan untuk umum, tetapi dalam menjadi umum, apakah tidak rancu ketika untuk menjadi penikmat fasilitas umum sendiri, harus menyesuaikan kelas sosial antara kelas mampu dan tidak mampu dalam jumlah kapital?

Bagaimana pembangunan dalam kapitalisme, semua diorentasikan pada modal, dan kembali lagi teruntuk modal, siapakah yang tetap berjaya dalam hal ini yakni; tetap para pemodal!

Modal dan lajunya kehidupan abad 21 ini memang ibarat sebuah pertalian yang disepakati bersama. Sebagai tawaran-tawaran dari bermodal itu sendiri, apakah benar yang penting hari ini punya uang bukan punya sumber-sumber asset produksi untuk menunjang kehidupan itu sendiri? Inilah yang terkadang dikaburkan oleh keinginan menjadi bermodal itu sendiri.

Kebutuhan menjadi mewah, tidak berorentasi masa depan, dan kemudahan segala bentuk apapun asal punya modal "uang", semua dapat terbeli termasuk yang; "dikesankan hidup dalam kesenangan dan kebahagiaan oleh perolehan kapital mereka sendiri".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun