Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Serat Wedhatama Refleksi Menjadi Manusia?

21 Oktober 2019   16:29 Diperbarui: 22 Oktober 2019   21:48 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: dictio.id

Sikap dan manusia, berbagai prinsip kehidupan yang harus mereka bawa; seperti menunjukan suatu kebenaran itu, bawasannya pertanyaan manusia untuk menjadi manusia secara utuh memang menjadi sesuatu yang dikejar. Tetapi mau hidup dialam apapun baik realitas maupun fiksi itu sendiri; tetap manusia mengejar diantara tiga hal; yakni apa yang membuat mereka senang karena: kesenangan adalah kebanggaan.

Tiga hal tersebut seperti yang diutarakan dalam Serat Wedhatama atau ajaran utama bagi manusia Jawa dimasa Kerjaaan Mataram waktu itu. Tentu yang menciptakan sendiri serat-serat tersebut adalah KGPAA Mangkunegara IV. Beliau menulis; setidaknya dalam hidup manusia harus punya kewibawaan, Kemakmuran, dan ilmu pengetahuan. Jika manusia tidak punya salah satu ketiga unsur tersebut, masih berharga daun jati kering dari pada manusia; karena tanpa ketiga unsur tersebut manusia akan menjadi miskin dan mengelandang atau "tidak punya aji sebagai manusia".

Tetapi  dasar- dasar dari ketiga unsur tersebut bukalah untuk dipahami secara tekstual, namun harus dipahami juga secara mendalam dimana; ketiga unsur tersebut hanyalah alat yang digunakan sebagai daya hidup manusia untuk tidak jatuh kepada lubang yang lebih dalam yakni; kepada penderitaan hidup itu sendiri sebagai manusia.

Kewibawaan (keluhuran)

Kewibawaan atau keluhuran secara mudah dipahami adalah jabatan. Pertanyaannya siapa manusia saat ini yang tidak mau punya jabatan (kedudukan) yang tinggi? Karena dijaman sekarang posisi menjabat baik di lembaga pemerintahan atau lembaga kerja swasta secara langsung mempengaruhi pendapatan manusia.

Saya bukan lagi menduga tetapi sudah secara definitife semua orang menginginkannya. Tetapi yang saya tafsir dalam Serat Wedhatama tersebut bahwa; bukan semata-mata menjadi manusia hanya yang dikejar menjabat saja tetapi juga harus punya keluhuran dalam sikap memegang jabatan itu sendiri.

Banyak saat ini orang memegang jabatan tertentu; mereka tidak mengerti keluhuran dalam memangku jabatan tersebut. Bawasannya memegang kendali jabatan mereka "manusia" juga harus tahu bahwa; jabatan tersebut esensinya digunakan untuk melindungi, mensejahterakan, bahkan menjadi payung bagi kemaslahatan umat manusia didalamnya.

 Kemakmuran (kekayaan)

Kemakmuran bukan hanya menjadi tujuan manusia dalam mengisi kehidupan tetapi sudah menjadi sesuatu yang harus diwujudkan. Untuk itu manusia kerja siang dan malam bahkan menganggap waktu mereka adalah uang. Yang menjadi pertanyaan mungkinkah menjadi manusia utama dalam serat wedhatama hanya sampai pada makmur atau kaya saja?

Lagi-lagi apa yang terkadung dalam setiap ajaran keutamaan menjadi manusia merupakan alat. Karena tentu setiap apapun alat itu, seyogyannya digunakan untuk memudahkan dirinya dan manusia lain. Dari atas untuk dibagikan ke bawah begitu pula tafsir atas kemakmuran yang harus manusia raih agar hidup dapat berharga bagi dirinya dan manusia lain didalam Serat Wedhatama tersebut.

Namun keserakahan dalam menjadi manusia itu sendiri yang terkadang menutup suatu ajaran-ajaran keutamaan sebagai manusia. Sifat serakah yang manusia miliki, cenderung abai pada nasib manusia lain di sekitarnya, maka dari itu keutamaan dalam Serat Wedhatama untuk menjadi manusia yang berharga adalah mau membagi kemakmuran kepada sesama agar hidup manusia berarti bagi manusia lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun